Jump!!! CHAPTER 05

"Aku tahu!!"

"Diam dan habiskan sarapanmu!" Kata kakakku sambil menghabiskan segelas susu hangat yang sudah dibuatnya.

Aku tahu. Bagaimana bisa Eve bisa mendapatkan jus durian tersebut! Ah, semalaman memikirkan bagaimana cara gadis itu mendapatkan jus buah musiman tersebut di saat bukan musimnya. Dan ternyata jawabannya mudah!



Mereka Penjelajah waktu!


Mendapatkan sesuatu dari masa depan atau masa lalu bukanlah hal yang sulit bukan? Aku memang bodoh. Logika semudah ini harusnya bisa diselesaikan dengan cepat.



"Kau ini! Sudah siang! Cepat berangkat sana!"

"Ah, hari ini kakak pulang jam berapa?"

"Aku hari ini dapat shift pagi, jadi mungkin jam 2an paling cepat,"

"Kujemput, sekalian aku mau mampir,"

"Ya sudah. Oh ya, kita disuruh pulang oleh ayah dan ibu,"

"Bilang, aku sibuk di sekolah banyak tugas,"

Bukannya aku tidak ingin bertemu orang tua, tapi aku malas pergi di saat banyak tugas di sekolah.

"Kalau kau tidak pergi, aku juga tidak," Kata kakak mengakhiri pembicaraan kami.


Aku bermaksud mengambil tas, tetapi aku baru ingat kalau tasku tertinggal di sekolah gara-gara aku terlempar ke masa lalu.



Saat aku keluar dari rumah, seorang gadis berdiri di depan pintu dengan tatapan kosong. Oi, kenapa kau tidak ketuk pintu?

"Tidak perlu. Saya menyesuaikan diri dengan jadwal Tuan,"

Di hadapanku berdiri Eve. Wajahnya sedatar biasanya.

"Ketuk saja, lagipula tidak enak menunggu, kan?"

"Tidak juga,"


Rasanya pembicaraan dengan Eve tidak akan berantai sampai panjang karena dia menjawab dengan singkat, padat dan seperlunya. Dia juga tidak repot-repot membalasnya dengan pertanyaan basa-basi. Benar-benar gadis yang efisien.

"Eerr... Ada keperluan apa? Mau masuk dulu?"

"Saya menjemput anda,"

Kemana? Jangan bilang aku mau di bawa ke fasilitas organisasi kalian dan mau mencabut otakku supaya aku melupakan segala macam ingatan tentang menjelajahi waktu. Aku tidak akan membocorkan tentang Organisasi atau apapun! Kumohon selamatkan nyawaku! Ngomong-ngomong kau tidak menjawab pertanyaanku 'mau masuk tidak?'

"Jangan khawatir, nyawa Tuan adalah prioritas utama saya sekarang, Mari?"

Eve mengulurkan tangannya seperti pangeran menawarkan sang putri berdansa. Er, bagaimana aku merespon?

Saat aku (dengan bingung) akan meraih tangannya yang terlihat akan rusak jika digenggam terlalu keras, suara kakakku bergemuruh dari arah dalam.

"AL KAU MASIH DI SITU?!!"

Secepat kilat aku berlari menghindari omelan.






"Jadi, kenapa aku di bawah pengawasan organisasi?"

"Itu, rahasia. Tapi jangan khawatir dalam waktu dekat Tuan akan mengerti,"

"Bisakah kau hentikan cara memanggil itu, sejujurnya itu mengganggu,"

Tentu saja, memangnya ini film-film dimana memanggil 'nona-tuan' sudah biasa. Lagipula aku ini orang biasa. Setidaknya kupingku merasa aneh jika dipanggil seperti itu.

"...A-A-A," Aku rasa Eve berusaha mengeja namaku,

...Sial! Kenapa seorang gadis terlihat manis saat dia tidak bisa melakukan sesuatu! atau hanya aku yang merasa begitu. Sambil menyembunyikan wajahku yang memerah, aku menyadari kalau Eve belum selesai bicara,

"Maaf Tuan, rasanya saya belum bisa, Bagi saya itu sangat tidak sopan." Katanya sambil menunduk tanda meminta maaf.

O-Oke kalau belum bisa juga tidak apa-apa,


***


"Anu... kenapa kita di sini,"

"Berbincang-bincang tentunya," Jawab Aisa dengan santai.

Tidak. Bukan itu masalahnya. Beberapa orang siswa menggunakan seragam OSIS berada di warung kopi di jam pembelajaran sekolah, bukankah dilihat dari sudut pandang manapun kita terlihat membolos!! Kau mau kita di jaring Satpol PP? Belakangan ini mereka menangkapi murid-murid dan PNS yang berkeliaran di jam yang tidak sewajarnya.

"Jangan khawatir, aku sudah membuatkanmu surat izin untukmu."

Kami berempat, Aku, Aisa, Eve dan Edi duduk bersama di sebuah warung makan sederhana. Selain Eve, Edi dan Aisa terlihat lelah. Mata mereka berdua terlihat sayu dan terdapat kantung hitam di bawah mata mereka. Yang membuatku semakin yakin mereka dalam kondisi tidak fit adalah mereka memesan jamu.

"Al, kau mau pesan apa? Aku yang traktir," Kata Aisa

Kau tidak akan memasukkan racun atau penghilang memori ke minumanku, kan?

"Tenang saja, Kau bisa pegang kata-kataku,"

Teh hangat sudah cukup.



"Jadi, Kau menyadari sesuatu sekarang," Tanya Aisa sebelum meneguk jamu yang sedang dipegangnya.

Tentang apa?

"Aliran waktu," Lanjut Edi.

"Semua kembali normal?" Kataku.

Secara tiba-tiba, saat aku bangun dunia kembali seperti semula seperti sebelum aku terjatuh dari teralis besi karatan sialan itu.

"Jika kau tahu berapa kali Nona bolak-balik mencari variabel yang harus diganti saat kau mengubah masa lalu, kau pasti akan terkejut," Lanjut Edi.

"Tidak perlu cerita. Sekarang yang penting adalah kami ingin mendiskusikan tentang kejadian kemarin," Terang Aisa.

Ok.

"Ingat kejadian kemarin saat aku menolongmu jatuh dari teralis besi itu? Setelah itu aku melakukan suatu metode untuk melemparmu ke masa lalu. Lalu blah blah blah kau bertemu gadis blah blah blah kau berkelahi lalu aku menyelamatkanmu lagi lalu aku membuat gadis itu lupa dan poof kita pulang,"

Ya, aku juga masih ingat hal itu. Sambil meminum teh pesananku, aku melihat Edi terlihat terkantuk-kantuk namun berusaha mengikuti arah pembicaraan Aisa.

"Kau tahu, aku membuka dan menutup gerbang sampai berkali-kali untuk mencari variabel mana yang merubah masa depan, dan kau tahu apa yang aneh,"

Bagaimana aku bisa tahu kalau kau menggunakan bahasa yang aku tidak mengerti enkriptografnya! Bahasa kode-kode seperti itu mana bisa aku tahu,


"Kau ini ribut, ya! Kalau sudah waktunya pasti kuberitahu!," Kata Aisa dengan sedikit marah.



"Begini saja, yang jelas kami ingin memberi tahu bahwa kami telah salah memberikan informasi," Lanjut Aisa

Informasi?

"Kau tahu, saat kami mengatakan bahwa kau adalah variabel pengubah masa depan, sebagian dari informasi tersebut tidak dapat kami buktikan,"

"Kami mencoba berbagai macam metode untuk mengetes apakah Tuan adalah benar-benar penyihir, dari membuat klon anda sampai mencoba mengintegrasi sel DNA anda dengan kejadian masa lalu. Ratusan anggota Organisasi hanya untuk mencoba seluruh variabel yang ada. Dan ada hal mengerikan terjadi..."



"Penyihir-penyihir itu, tiba-tiba muncul di hadapan kami."

Err... Pertama, bagaimana kalian bisa membuat klon-ku! Kedua, Aku sama sekali tidak begitu mengerti apa yang kau katakan. Ketiga, Apa ini ada hubungannya denganku?! Ayolah, dari sudut pandang manapun aku terlihat seperti orang biasa. Harusnya kedudukanku di mata Organisasi hanyalah seperti pejalan kaki figuran di film, atau musuh Rambo yang ditembak satu kali langsung mati!


"Jangan sembarangan, di sinilah bagian pentingnya," lanjut Aisa.


"Kami benar-benar ... dihancurkan, dilumat, ditindas, ternyata mereka jauh lebih kuat dari perkiraan kami," Kata Edi dengan nada yang sangat serius. Sangat serius sampai aku mengira dia menceritakan mitos babi ngepet yang baru-baru ini menggemparkan masyarakat.

Ngomong-omong, memangnya ini perang? Hancurkan? Apa mereka punya dendam dengan kalian?

"Kami juga belum tahu pasti. Sejujurnya kami bahkan tidak tahu apa-apa. Kami hanya tahu dari orang dari masa depan itu bahwa penyihir-penyihir itu berniat menghancurkan kami. Tapi setidaknya kami tahu apa yang mereka incar dalam waktu dekat..."

Edi mengarahkan telunjuknya ke arahku.


"Kau"

Aku?

"Maka dari itu mulai dari sekarang, kami akan benar-benar serius mengawasi dan melindungimu,"

Apa sih yang spesial dariku?! yang benar saja...


"Sudah kami katakan, kami sama sekali tidak tahu apa-apa," Kata Edi


"Mulai sekarang kau menjadi anggota Organisasi," Kata Aisa tiba-tiba.

Tidak terimakasih. Aku sudah berjanji kepada kakakku untuk tidak ikut kegiatan yang aneh-aneh apalagi sekte yang tidak jelas seperti kalian.

"Kau digaji"

Kau boleh saja menggodaku dengan gaji. Tapi aku tidak akan tertipu.

"Ini surat perjanjiannya. Kau tinggal tanda tangan,"

Aku membacanya sekilas.


Di perjanjian itu aku benar-benar akan digaji oleh Organisasi.

"Apa hak dan kewajibanku sebagai anggota Organisasi?" tanyaku curiga.

"Kwajibanmu : Kau cukup berada dalam pengawasan kami. Hakmu adalah mendapatkan perlindungan sepenuhnya dari organisasi," Kata Aisa lagi.

Karena aku ragu tadinya aku ingin menolaknya. Tapi begitu melihat nominal gaji yang akan diserahkan padaku, Aku akhirnya menandatangani perjanjian itu,"

***




"Sekarang kita di komplek pertokoan..."

"Lalu kenapa?" Kata Aisa sambil memimpin gerombolan 4 sekawan pembolos.

"Sungguh, kalau kakakku tahu aku membolos, aku..."

Karena aku merasa mereka bertiga tidak mendengarkan keluhanku aku berhenti berbicara.

Aisa berjalan dengan santainya didepanku dan Edi. Rambut ekor kudanya berayun. Edi dengan sopan berjalan mengikuti irama langkah sang Nona di belakangnya sambil mengajakku berbicara tentang hal-hal trivia (dan aku baru tahu kalau Edi satu sekolah denganku, dia seniorku).

"Tuan cukup terkenal di kalangan Senior. Er... apa sebutan anda ya..." Kata Edi sambil mengingat-ingat.

Stop. Kumohon jangan membuatku mengingat sebutan konyol itu lagi.

Sedangkan EVe berjalan tanpa suara seperti kucing yang sedang berjingkat. Tanpa ada gerakan yang tidak perlu dia melangkah di belakangku. Benar-benar seperti robot, efisien.


"Stop di sini." Kata Aisa mengangkat tangannya sebagai tanda untuk kami semua berhenti


TB PERSADA


TB, toko bangunan?

"Ya toko bangunan. Kita akan membeli cat dan bahan bangunan," Kata Aisa membalikkan badannya ke arah kami.

Untuk apa?

"Merenovasi Perpustakaan," Katanya lagi.

Lalu kenapa kita yang beli bahannya?

"Karena kita yang akan merenovasinya, cat dindingnya sudah agak rusak," Katanya

Aku menduga ada yang aneh di sini.

"Lalu kenapa harus kita yang merenovasi?" Tanyaku khawatir.

"Lho. Sudah menjadi tugas Komite Perpustakaan menjaga dan merawat perpustakaan, kan?" tanyanya retorik.

Lalu sejak kapan 'komite perpus' ini ada? Aku bahkan tidak ingat sama sekali ada yang semacam itu.

Aisa mengangkat tangan kanannya yang memakai jam tangan.

"2 jam, 20 menit, 12, 13, 14,15 detik waktu dinamik sejak Komite Perpus All Boys-Girls School terbentuk."

Masih segar dan baru. Ibarat gorengan yang baru saja ditiriskan dari sisa-sisa minyaknya. Aku punya perasaan buruk menanyakan hal ini.

"Kau bilang tadi 'sebagai komite perpus...' apa yang kau maksud itu... kita?"

"Tentu saja. Nih"

Aisa memberikan selembaran kertas bertuliskan...


Komite Perpustakaan
ABS-AGS Library

SUSUNAN KOMITE

-Ketua : Aisa
-Wakil : Al
-Sekretaris : Edi
-Bendahara : Eve.


Apa yang lebih mengerikan adalah susunan komite yang terlalu kebetulan dan cap legal langsung dari kepala sekolah kedua sekolah.

"Aku menyogoknya. 2 balut uang kertas berwarna merah sanggup membuatnya mengizinkan 'komite' ini berdiri," Kata Aisa tersenyum.

Keren. Aku baru tahu kalau sekarang sekolah kita dapat dikontrol semudah itu dengan setumpuk uang. Kasian sekali diriku, di tingkat SMA pun sudah mengalami konspirasi seperti ini.

"Lalu untuk apa sebenarnya kita menjadi Komite Sekolah?" Tanyaku lagi

Rasanya aku sudah menyerah dengan keegoisan Organisasi,

"Mengawasimu. Perpus bisa dijadikan alasan untuk tinggal di sekolah. Setelah pulang sekolah kau dilarang pulang kerumah dan harus dalam pengawasan kami, termasuk hari libur. Kau juga harus dalam pengawasan kami," Kata Aisa dengan instan.



Hebat. Sekarang waktu luang dan hari liburku juga mereka sita.



=========================
Author's Note


Wew, akhirnya Jump lanjut lagi.

Komite Perpustakaan, hahaha kalau ada betulan seperti itu di sekolahku pasti keren. Membayangkan menjaga perpustakaan dipenuhi buku-buku keren yang bisa dibaca dengan gratis saja sudah membuat senang, apalagi bisa ketemu gadis-gadis AGS dengan alasan yang legal.

Tapi kenyataan terlalu sadis. Perpustakaan cuma jadi tempat nongkrong, berisik, mengerjakan tugas bagi kelas yang nggak ada gurunya, dan sebagai ajang mejeng oleh murid-muridnya. Dan lagi semua buku di perpus sekolahku tidak up to date.

Yang mengerikan lagi, mereka menfotokopi Ensiklopedi SETS! Omg~ Memang dengan Notabene sekolah untuk siswa berorientasi kerja, sekolahku terbilang kaya-kaya-miskin, sih. Sebenarnya jiwa penerbit saya sebal sekali karena saya juga anak seorang penerbit, menfotopi berarti mereka membajak, tidak menghargai dan tidak mensupport penulisnya.

Mungkin masih lama tahap dimana perpustakaan adalah tempat sakral dan agung berisi ilmu pengetahuan, setidaknya di sekolahan saya.

Days? Wuah cerita yang satu itu semakin berkembang dengan eksponensial menuju arah yang lebih gelap. Gara-gara kebanyakan nonton Trapeze dan membaca Bungaku Shoujo, (apalagi bagian Ningen Shikkaku) ceritanya jadi terlalu pahit (kata Tooko-sempai mungkin kalau dia memakan skrip Days XDD)

Untuk sekarang Days masih digodog terlebih dahulu. Enjoy this light story of 'Jump' first, kay? d^_^b

4 komentar:

Anonim mengatakan...

Hmm entah kenapa yang chapter ini kurang begitu wah jika dibandingkan sebelum2nya. Still nice, though. Mungkin karena progressnya nggak terlalu surprising. Looking forward for the next chap

Anonim mengatakan...

Fallendevil : hmm.. ternyata setelah di split (1 ch jd 2) emang impactnya kurang. terimakasih atas komentarnya

gecd mengatakan...

hmmm
memang rasanya terlalu pendek...
kalau kurang seru sih ga masalah
yg namanya cerita itu pasti ada naik turunnya
bahkan manga pertarunganpun pasti ada rehatnya barang 1 atau 2 chapter

Franz Budi mengatakan...

gomen... = =

saya berusaha lebih keras lagi kedepannya

terimakasih komentarnya