"Isaac...?"

Kataku tidak percaya.


Ini diluar kemasukakalan.


"Haha kau masih terlihat muda..."

Kata Isaac (Tua) padaku.


Daripada bilang aku terlihat muda... Kau yang terlihat tua. Lihat, bahkan rambutmu berubah menjadi perak.

Seakan kakek yang tidak bertemu dengan cucu tunggalnya selama bertahun-tahun, Isaac (Tua) memelukku dengan erat.

Pelukannya sangat erat seakan dia tidak mau melepaskanku.


"Ja-jadi... Apa bukti kalau kau Isaac? Maksudku, kau harus membuktikannya terlebih dahulu, kan?" Tanyaku.

Bisa saja dia hanya orang tua yang mengaku Isaac. Dan masih ada kemungkinan kalau ini semua hanyalah trik sulap. Di akhir sesi mungkin ini adalah acara reality show dan aku harus menelan rasa malu bertahun-tahun kalau aku langsung percaya.


Isaac (Tua) menatapku lalu berkata,

"Bukti?"

Ya, bukti. Aku tidak terima bukti seperti tahi lalat, karena itu bisa dimanipulasi.


Isaac (Tua) berpikir sejenak.

Kalau dia tidak bisa membuktikannya, jangan harap aku percaya. Begitu pikirku. Tapi tiba-tiba Eve mempererat genggaman tangannya dan berkata.

"Tidak cukup?" Tanyanya dengan nada konfirmasi.

Ha?

"Kau tahu Hitler?"

Ta-tahu. Kalau aku tidak tahu, bagaimana aku bisa lulus ujian sejarah.

"Kau mau kulempar ke kamar tidurnya di malam hari, supaya kau percaya kami itu penjejah waktu?"

Tidak!

"Lalu kenapa kau keras kepala sekali?"

I-Itu... Karena ini tidak masuk akal!

"Dulu saja ada orang yang berpikir matahari mengelilingi bumi. Juga ada yang berpikir kalau bumi ini datar. Pada akhirnya mereka menyesal karena tidak menerima dengan terbuka sebuah pandangan baru," Kata Eve menyelesaikan paragraf tersebut dalam satu nafas.

Matanya yang tajam itu serasa menusuk mataku secara langsung. Aku memalingkan pandanganku dan berkata,

O-ok. Aku percaya. Tapi, kalau kakek tidak bisa menyebutkan suatu kejadian yang bisa membuktikan kalau kakek adalah Isaac...

"2 Desember 2009, Jam 16.07."

Ada apa di hari itu? Hari itu aku masih tingkat satu. Dan dilihat dari jamnya aku ada di perpustakaan.

"Kau mengintip-"

Ok! Stop! Aku percaya!

"Mengintip apa?" Tanya Eve.

"Ngintip?" Aisa juga tidak kalah penasaran.

"Itu tidak sengaja!" Kataku membela diri entah dari apa.

"Kalau itu tidak sengaja, kenapa kau lanjutkan?"

I-itu... Pokoknya! Aku percaya kau dari masa depan. Lalu ada urusan apa?

Tersenyum pada diriku yang dengan jelas menghindari topik pembicaraan itu, Isaac (Tua) lalu berkata,


"Pertama tentu saja aku ingin melepas kangen dengan sahabatku ini,"

Dia tersenyum dan menjabat tangan kiriku. Tentu saja karena tangan kananku sedang tersangkut di genggaman Eve yang sekuat rantai baja.



"Mumpung aku bertemu dengan orang dari masa depan, bagaimana keadaan diriku masa depan," Kataku dengan nada menyerah.


"Bukankah lebih baik kita bicara sambil duduk dengan santai?," Kata Isaac (Tua)









"Kau menikah dengan wanita yang sangat hebat,"

Ah! Yang benar?!

"Mana mungkin aku bohong?"

Bisa sebutkan namanya?

"Sayang sekali tidak. Kalau kau tahu tidak akan seru," Lanjut Isaac

Lalu, aku punya anak berapa?

"Itu juga rahasia,"

Jadi apa yang tidak rahasia?


"Haha penasaran, ya? Tidak perlu. Hidupmu membuat iri banyak orang." Kata Isaac dengan nada bercanda.

Duduk berseberangan di sebuah meja bundar di depan Aula, Aku dan Isaac (Tua) berbincang tentang kehidupan masa depan.




"Oh, ya. Salah satu tujuanku kemari adalah memperkenalkan Organisasi padamu. Bocah, jelaskan pada temanku ini" Kata Isaac (Tua) pada Aisa

"Hee~ Aku?" Kata Aisa tidak yakin.

"Ya. Kau. Cepat. Ini baca." Isaac (Tua) memberikan selembar kertas pada Aisa.


Sesaat Aisa memandang kertas tersebut dan mulai membacanya dengan keras.


"Ehm. Kami semua yang menggunakan setelan hitam ini, bekerja di bawah Organisasi.

Sebuah Organisasi tanpa nama yang bekerja dalam bidang Teknologi Sains dan Supernatural. Secara resmi di bentuk tahun 2018 oleh ...Al dan 17 kawan-kawannya dengan bantuan pemerintah du... HAEE~! Kak Al adalah Pendiri Organisasi?!"

Aisa tampak tidak percaya sambil menatapku. Sedikit gemetar dan ketakutan.

"Bo-bohong... Selama ini kami tidak pernah mengetahui identitas asli Pemimpin Besar Organisasi... Apa kami boleh mengetahui informasi serahasia ini?" Kata Aisa hampir kehilangan suara.


"Apa maksudnya ini? Kami tidak diberitahu sama sekali?!" Eve juga seperti terlihat kehilangan kestabilan emosinya.

"Lanjutkan," Perintah Isaac seakan tidak peduli.


Stop.

Aku tidak ingin menganggu penjelasanmu. Tapi biarkan aku menyela di paragraf pertama. Pertama, AKU?! Yang menciptakan Organisasi ini... AKU??!

"Ya. Bersama dengan 17 orang lainnya," Jawab Isaac (Tua).

...Aku terdiam sambil menaruh tangan di dahiku.

"Apa sebenarnya yang aku pikirkan mendirikan Organisasi aneh yang bermain-main dengan waktu ini... Lalu kenapa tidak diberi nama? Beri saja OOG, Organisasi Orang Gila."

"Kau sendiri yang bilang, kalau ingin tidak dikenal, janganlah punya nama. Kenapa Illuminati dan Area 51 bisa terekspos? Karena mereka memiliki nama," Kata Isaac (Tua)

Hoo... Pintar bicara juga aku.


"Bocah... Lanjutkan." Perintah Isaac (Tua).

Dengan suara gemetar Aisa melanjutkan membaca,


"Di bawah pemerintah dunia, Organisasi sudah banyak memberikan sumbangan di dunia Sains.

Sejarah : Cikal bakal Organisasi yang pertama berdiri pada tanggal 8 Agustus 2010. Dengan anggota 7 orang di pimpin oleh Nona Rossa Alsetya. 1 Januari 2011 kepemimpinan diberikan kepada Anda, Tuan Al,

Tujuan : Rahasia.

Misi : Rahasia

Jumlah anggota : Rahasia"


...

8 Agustus... 2 Bulan dari sekarang... Dan yang dibentuk oleh Kak Rossa. Jumlah 7 orang... Dari tujuh orang itu mungkin 6 di antaranya adalah anggota Komite Perpustakaan... 1 Januari 2011... diberikan padaku...

Otakku memproses seluruh informasi yang diberikan oleh Aisa dengan perlahan.



"Jadi kenapa tujuan, misi dan jumlah anggota di rahasiakan?" Kataku semakin serius.

Kenapa aku serius? Karena sepertinya aku di masa depan benar-benar tolol karena membuat Organisasi seperti ini. Dunia sudah cukup rumit tanpa Penjelajah Waktu! Dan diriku menambah-nambah kerumitan yang sudah rumit ini?! Benar-benar tidak seperti diriku.


"Itu... Kami tidak tahu..." Kata Aisa lemah


"Yang tahu hanya kau saja... Al," Isaac memperjelasnya dengan nada yang sangat serius.


Aku kembali menaruh tanganku di dahi.

"Lalu, kalian dengan membabi buta mematuhi perintah Organisasi tanpa tahu tujuan dan misinya?!" Kataku dengan nada cukup tinggi.


"Lebih tepatnya perintah mu..." Kata Isaac.


Oh Tuhan. Ini jadi semakin konyol. Kekuatan apa yang aku punya untuk memerintah Organisasi rahasia se absolut ini. Apa aku semacam Shogun atau Godfather?!


"Kami tidak mempertanyakan hal tersebut karena kami percaya padamu... Al. Dan selama bertahun-tahun kami selalu mempercayaimu," Kata Isaac (Tua).


Aku tidak ingat kalau aku punya semacam Narsisstic Disorder. Aku orang yang tidak terlalu suka menjadi pusat perhatian.

"Jadi, kalian datang dari masa depan memberitahuku tentang ini saja?" Tanyaku.

"Lebih dari itu, Al. Kami ingin bertanya... Apa yang sebenarnya kau rencanakan? Apa yang kau inginkan?" Kata Isaac (Tua) memandangku dengan mata penuh harap.


BAGAIMANA AKU TAHU?! Kalau mau tanya hal seperti itu kenapa tidak tanya pada diriku yang di masa depan?! Aku tidak tahu apa-apa!


"Itu masalahnya Al... Kau yang di masa depan..."






"Menghilang"




Aku terdiam sekaligus tidak percaya dengan kata-kata Isaac (Tua) barusan.

Aisa dan Eve berubah pucat pasi mendengar ini.

"Ke-kenapa aku tidak tahu informasi sepenting ini!" Aisa tiba-tiba berteriak dengan penuh amarah seakan itu bukan suaranya.


"Kenapa kami tidak diberitahu ini," Eve masih menjaga ketenangannya. Namun matanya benar-benar memandang Isaac (Tua) dengan penuh kebencian.


"Selain itu... Kami tidak diberitahu kalau dia adalah Tuan Al, Pemimpin Besar Organisasi. Kami diberi informasi palsu kalau dia cuma manusia biasa..."

Aku berusaha mencerna kata-kata Eve tadi.


"JANGAN MAIN-MAIN!!" Eve dengan sekuat tenaga menggebrak meja dengan tangan kirinya.

Matanya yang tajam memandang Isaac seakan dia adalah pembunuh orang tuanya.


"Nona Eve, Saya harap anda menjaga tingkah laku anda di depan Tuan Besar Isaac. Konsekuensi berperilaku kasar--" Pria tegap yang dari tadi diam saja mulai bicara.

"Aku tahu- Aku tahu," Seakan kembali dapat menguasai amarahnya, Eve memejamkan matanya dan menarik nafas.

Namun aku merasakan sesuatu yang berbeda, genggaman tangannya yang serekat ikatan partikel beton tiba-tiba selemah seorang ibu yang memegang bayinya yang baru lahir.


E-eve...


"Eve, Aisa. Kalian cuma pion di bentang waktu ini. Tolong jaga tingkah laku kalian. Mulai dari sekarang misi kalian ditingkatkan ke tingkat A. Perintah lebih lanjut akan kami berikan nanti," Kata Isaac (Tua)


"Ta-tapi!" Aisa berusaha memberontak dari perintah sepihak itu,


"DIAM! Ini sebabnya aku model terbaru! Mereka terlalu banyak memberikan emosi pada kalian." Isaac (Tua) terdengar mulai kehabisan kesabarannya.

"To-tolong berhenti memperlakukan kami seperti barang-" Aisa menunduk sambil mengatakan hal ini.

Menghiraukan kata-kata Aisa, Isaac (tua) menghadap ke Eve.

"Eve. Aku tidak tahu apa yang kau pikirkan dengan berpartner dengan model terbaru ini. Tapi sejak kau berpartner dengan Aisa, kau terlalu banyak melakukan sesuatu yang tidak perlu. Tolong ingat kebanggaanmu sebagai anjing Organisasi yang paling patuh," Isaac mengakhiri kalimatnya lalu berdiri.


"Ba-baik," Seakan tidak punya jawaban lain Eve menjawabnya dengan lemah.

Aisa yang menahan amarahnya hanya bisa mengepalkan tangannya dengan kuat.


"Rasanya kau jadi menyebalkan ya?" Kataku dengan nada sarkasme.


"Haha. Ini semua demi Organisasi, Al,"


"Tolong lanjutkan ke bagian akhir," Perintah Isaac (Tua) kepada Aisa.

"Jumlah Divisi : 7

Time Traveler Division

Anti-Witch Division

Transhumanism Division

Outer-space-Communication Division

Supernatural Power Research Division

Advanced Technology Development Division
"

Dengan suara lemahnya Aisa melanjutkan membaca kertas terkutuk itu.

Kepalaku rasanya semakin sakit,

"JADI! Selain Time Travel; Alien, Penyihir, ESPer, Transhuman, juga Graviton Cannon itu ada?!!" Kataku dengan sedikit bercanda.


"Ada," Kata Isaac dengan serius.

OH YEAH! Seseorang tolong pukul kepalaku. Aku rasa mungkin ini mimpi karena terlalu banyak nonton X-Files.

"Tapi karena aku berada di Divisi Penjelajahan Waktu, aku tidak begitu mengerti prosedur kerja mereka," Kata Isaac menambahkan.


"Bagaimana dengan Nana dan Kak Rossa?" Tanyaku lebih lanjut.

Berhenti percaya sekarang sudah terlalu nanggung. Karena sudah basah lebih baik sekalian berenang.

"Mereka berdua berada di Divisi Penjelajahan Waktu. Dan yang tahu persis seluk beluk Organisasi dengan sempurna tentu saja hanya Pemimpin Besar,"

Dengan kata lain AKU di masa depan?

"Tepat sekali," Jawab Isaac cepat.



Pria muda di sebelah Isaac (Tua) tiba-tiba berkata,

"Tuan sudah hampir sampai batas waktunya,"


"Sebentar sekali. Baiklah langsung saja ke inti pembicaraan,"

Sekarang baru intinya?!


Isaac (Tua) mengeluarkan secarik kertas dan memberikannya padaku. Sebelum aku bisa membaca dengan seksama kertas tersebut, Issac (Tua) berpamitan.


"Al, ingat, selamatkan orang itu. Nyawanya- tidak, nyawa seluruh dunia berada di tanganmu,"


Meninggalkan kata-kata ambigu seperti kakek-kakek NPC di game RPG, Isaac tiba-tiba menghilang begitu saja.

***


"Mohon maaf sebesar-sebesarnya, Tuan Muda,"

Eve dengan penuh perasaan menundukkan kepalanya padaku. Masih sambil menggenggam tanganku dengan lemah, dia meminta maaf entah dari apa.

"Untuk apa minta maaf? Jangan dipikirkan perkataan Isaac tua sialan itu." Kataku merendah. Karena memang bukan sifatku yang suka membusungkan dada.

"Tidak. Sebelum Tuan Muda memaafkan saya, Saya tidak akan beranjak dari tempat ini," Eve dengan nada seriusnya sepertinya tidak main-main.

"O-Ok. Tapi lihatlah Aisa. Dia tetap tidak berubah meski sudah tahu aku Pemimpin Organisasi di masa depan--"


Belum selesai aku berbicara, aku mendengar isakan tangis Aisa,

"*Hiks* Maaf~ Kak Al~"

Whoa! Kenapa kau menangis?!

"A-Aku tidak tahu kalau Kak Al Pemimpin Besar~"


LALU KENAPA KAU MENANGIS?!

"Maaf *Hiks*"


Apa yang hebat dari diriku yang super normal ini?! Pikirku dalam hati.


Biarkan aku menegaskan beberapa hal. Pertama, aku tidak suka di panggil Tuan Muda atau sebutan mewah lainnya. Aku yakin diriku di masa depan juga begitu, kalau otaknya belum berubah menjadi mie instan. Kedua, aku mohon jangan rubah tingkah laku kalian. Tetap biasa saja. Ketiga, sekarang aku bukan siapa-siapa jadi percuma memperlakukanku seperti raja.


"Maaf. Tidak bisa. Kami harus memberi garis batas antara Tuan dan kami. Sangatlah tidak sopan memperlakukan Tuan seperti biasa," Kata Eve masih menundukkan kepalanya.

Ugh! Aku kembali menaruh tangan di mukaku.


"Aku rasa aku bisa gila kapanpun," Kataku.

"E-eve, lebih baik kita turuti kemauan Kak Al. Kalau tiba-tiba perilaku kita berubah, bukankah Kak Rossa, Kak Isaac dan Nana akan curiga," Kata Aisa membantuku.

Eve terdiam sesaat.

"Tidak. Saya akan menjaga tingkah laku di depan Tuan. Kalau Tuan merasa tidak nyaman, saya akan menyapa Tuan seperti biasa di depan orang lain,"


ARGGGH!! Sekarang aku mau melanjutkan lihat Pentas Seni! Aku muak dengan hal aneh ini.

Dan dengan demikian aku mengakhiri sesi ketidakwarasan hari ini.



Sisa hari-hariku berjalan dengan sangat normal. Aku sampai merasa pertemuanku dengan Isaac (Tua) hanyalah ilusi karena perutku lapar.

Meskipun sesaat kepalaku yang pusing teralih oleh permainan band kelas Aisa yang keren tapi tentu saja kejadian tadi masih menghantui pikiranku. Bahkan drama mengharukan yang dibawakan kelas adikku sama sekali tidak masuk ke kepala.


"Kenapa Al, Wajahmu seperti baru saja melihat orang yang menyebalkan," Kata Isaac menyadari ekspresiku.

Ya. Aku beru saja bertemu dirimu dari masa depan yang sangat menyebalkan. Tapi aku tidak mengatakan hal itu.

"Tidak, rasanya kepalaku sedikit pusing," Kataku.

"Kau kurang menggerakkan tubuhmu." Kata Kak Rossa menambahkan.

Mungkin juga.

Aisa yang baru saja bergabung di barisan duduk kami terlihat tidak tenang, juga tidak luput dari mata Kak Rossa dan Isaac.






Dan akhirnya momen paling aku tunggu hari ini...


Istirahat di kamar sendiri.

Aku sampai tidak bisa berhenti memikirkan pertemuanku dengan Isaac (tua) tadi.


Berusaha menenangkan diri, aku merebahkan kasurku yang tidak terlalu empuk.

"Apa yang sebenarnya aku pikirkan," Kataku mulai bicara sendiri.

Menolak dan tidak mengakui seluruh kata-kata Aisa, Eve dan Isaac (Tua) sudah terlalu sulit. Bukti-bukti tidak langsungnya sudah terlalu kuat.


Yang benar-benar menguras isi processing memory otakku adalah informasi bahwa aku adalah pendiri Organisasi. Namun bukan sembarang pendiri, AKU di masa depan sepertinya seperti seseorang yang berkharisma yang mampu menggengam dan memimpin Organisasi dan membuat anggotanya bekerja tanpa mengetahui apa tujuan organisasi itu sendiri. Kalau aku adalah orang yang egois (dan aku yakin aku cukup egois) pasti Organisasi sudah sangat kacau. Tidak mungkin diriku yang manusia biasa ini tahan akan godaan jabatan yang begitu absolut seperti itu.


Dan diriku yang menghilang juga salah satu berita yang cukup membuatku merinding. Apa aku berbuat sesuatu yang tidak termaafkan sehingga sebelum seluruh orang mengetahui aku kabur? Atau yang lebih buruk ada orang yang membenciku dan membunuhku begitu saja?

Di samping itu masih ada hal yang perlu di khawatirkan yaitu eksistensi makhluk-makhluk yang seharusnya fiksi. Aku tidak ingin bertemu alien bertentakel atau nenek sihir yang bisa merubahku menjadi katak. Aku juga tidak ingin melihat pertarungan antar mobile suit

Tenggelam di pikiranku sendiri, aku kaget dengan suara tidak asing yang mengetuk pintuku.


"Kak, ada yang bertamu ingin bertemu dengan kakak," Suara Nana terdengar dengan cukup jelas di kamarku yang sempit ini.


"Siapa?" Tanyaku tidak antusias.

Orang yang mungkin bertamu ke rumahku malam-malam seperti ini hanya satu, Iwan.




"Kak Eve,"

Mendengar tebakanku meleset jauh aku bangkit dan dengan cepat menuju ke pintu depan.




"Selamat malam,"

"Tidak perlu terlalu formal, Eve." Kataku setelah melihat sosok rambut pendeknya yang menantiku di depan pintu.


"Saya mengantarkan ini,"

Eve mengeluarkan sebuah kotak kecil dan memberikannya padaku.

Setelah aku menerimanya, otomatis aku bertanya.

"Apa ini?"

"Silahkan buka,"


Sebuah jam tangan analog berwarna hitam berukuran cukup besar dan terlihat mahal.

"Jam? Untukku?"

Cukup dengan anggukan Eve menjawab pertanyaanku.

"Itu adalah device komunikasi antar Organisasi."

Oh. Begitu.

Tanpa banyak bertanya, aku segera memakainya di pergelangan tangan kiriku. Rasanya aneh karena tidak terbiasa memakai jam tangan.

"Tarik pengatur jarum jam ini 2 kali dengan interval yang dua detik. Bagian ini akan terbuka. Lalu tombol merah ini untuk memanggil saya. Tombol biru ini untuk keadaan sangat darurat Emergency-Escape-Program dengan teleport. Tidak dianjurkan."

O-ok. Lalu untuk apa tombol-tombol ini?

"Menghadapi keadaan darurat"

Aku tidak mau memikirkan keadaan apa yang membuatku akan menyentuh tombol ini. Tapi untuk jaga-jaga aku mengingat semua prosedur yang diberikan.

"Terimakasih Jam tangannya,"

"Sama-sama, Tuan"


"Jadi... Kau sudah makan?" Tanyaku mengalihkan pembicaraan.

"Belum. Tapi saya akan makan di rumah bersama Aisa," Jawab Eve.

Menyadari perbedaan cara bicara Eve denganku semudah menemukan perbedaan bendera Indonesia dan Amerika. Cara bicaranya itu semakin lama membuatku gatal,



"Hei,"

"Hm?"

"Tidak perlu terlalu kaku denganku. Bersikaplah seperti biasa,"

"Aku harap aku bisa,"

Apa maksudmu?

"Bagi Aisa mudah bersikap seperti biasa pada Anda. Tapi bagi saya tidak. Terlalu banyak yang terjadi di antara saya dan Tuan,"

Ba-banyak yang terjadi?

Meninggalkan kata-kata yang penuh tanda tanya, Eve beranjak pergi dari tempat.


"Sudah di baca kertas dari Tuan Isaac?" Tanyanya sebelum pergi.

Oh. Untung kau mengingatkan. Aku sama sekali tidak ingat.


"Silahkan konsultasikan hal tersebut pada Aisa setelah di baca. Saya pamit dulu,"

Mau kuantar? Berbahaya perempuan keluar malam-malam sendiri seperti ini,

"Tidak perlu."



Meskipun bibirnya tipisnya itu membentuk seperti radius ukuran 100 meter, tapi aku yakin itu sebuah senyuman.





"Nana, siapa tadi?"

"Temanku. Namanya Eve,"

"Hoo lumayan juga si Al,"

Diam. Aku bisa dengar kalian.


Menghiraukan diskusi Ayah, Ibu dan Nana aku segera menuju kamar mencari secarik kertas yang diberikan oleh Isaac (Tua)


"Kukira aku menaruhnya di kantong,"

Sebelum aku membacanya, aku tergoda untuk mengecek ponselku yang layarnya menyala.


2 Pesan.


Isaac : Chelsea bakal menang nanti malam. >D


"Haha lihat saja. West Ham juga tidak bisa di remehkan,"

Rossa : Sepertinya kau sedang tidak semangat. Periksa e-mailmu.


Aku segera membuka e-mailku dan mengeklik URL yang di kirim Kak Rossa.


....

"Sialan. Aku ketipu lagi..."

Aku hampir muntah melihat gambar serorang tentara yang kepalanya hancur terkena peluru. Tanpa sensor. Seharusnya aku hafal pola lelucon kak Rossa yang sering mengirim gambar sadis penuh darah yang membuat korbannya tidak nafsu makan meskipun makanan tersebut yang menyajikan adalahGorden Ramsay.


Setelah membalas semua pesan tidak penting yang masuk ponselku aku segera membaca menu utama malam hari ini. Surat dari masa depan.




Besok jam 15.03 nyawa seseorang terancam. Selamatkan dia. Hidup atau mati, tergantung padamu.



Aku kira aku akan keluar dan membeli obat sakit kepala.
======================

Author Note : ga pe de dengan update ini orz

Edit : Somehow yang saya bawa v01 nya :panda: Ini semua troll beato/lambda+bern/haruhi/aizen/izaya. Jangan salahkan saya kalau dialognya ada yang cacad. Ini juga udah edit sebisanya supaya bisa mendekati v02

5 komentar:

zetsudousougi mengatakan...

tiada ecchi harem pun jadilah :hahai:
chelsea vs west ham? kapan itu?
lol saya sudah ga bisa komen apa2 lagi
karya anda lebih baik daripada yg dimuat dimajalh2 remaja ( yah sayangnya cerita ini tdk bakal memnuhi selera pasar indonesia )
btw jangan lupa memperbaiki typo yg ada di ch sebelumnya dan ch ini juga

Lightkun mengatakan...

wow, sasuga..........emmm.........*Facepalm*....
saya membaca LN ini di malam hari, disaat orang2 seperti saya yg kehidupannya seperti kelelawar ini beraksi di malam hari, dan terdiam melongo and facepalm dalam waktu yg bersamaan di pagi hari(well, kadang sih).........:lalala:


err sampai dimana tadi, yah troll----troll----troll----tro---ehem sepertinya saya kelepasan...


keren, hanya itu saja sih yg bisa saya katakan pada karya ini(lebay mode : ON)......

lanjutkan terus LN ini, story dan setting nya agak melenceng dari selera para alay2 busuk diluar sana, serta selera remaja2 sekarang.......

oh ya saya masih nubi dan pembaca baru kk, jadi mohon bantuannya!!!!

Franz Budi mengatakan...

@gecd
ahaha.wav westham :sembah:

Lagipula mana ada majalah remaja nampilin cerita wtf.

@lightkun
:sembah:

Saya juga mohon bantuannya :sembah:

Anonim mengatakan...

LOOOOOLLL Al ditroll sama dirinya sendiri di masa depan XDDDD sama sekali nggak menduga.
Sepertinya memang ada beberapa dialog yang off, tapi overall chapter ini masuk banget, rasanya seperti kalau duit di dompet tinggal 2ribu dan tiba-tiba ada orang berbaju hitam yang mengaku dari masa depan dan bilang "Tuan, tolong beritahu kami apa yang harus kami lakukan dengan uang sejumlah 10 triliun yang ada dalam rekening tuan, karena tiba-tiba tuan menghilang begitu saja"

btw
>Bahkan drama mengharukan yang dibawakan kelas adikku sama sekali tidak masuk ke kepala.
>bukannya komedi?

>"Bagi Aisa mudah bersikap seperti biasa pada Anda. Tapi bagi saya tidak. Terlalu banyak yang terjadi di antara saya dan Tuan,"
heee? :penasaran penasaran:

Franz Budi mengatakan...

LOLOLO analogi anda efektif! :top:

Drama komedi kelasnya Eve.

==
>"Bagi Aisa mudah bersikap seperti biasa pada Anda. Tapi bagi saya tidak. Terlalu banyak yang terjadi di antara saya dan Tuan,"
heee? :penasaran penasaran:
==

di ekstra chapter bakal di ceritakan