Hari ini adalah hari pertama sekolah dimulai seperti biasa. Para siswa tingkat 2 dan 3 yang seminggu kemarin masih serasa liburan karena di isi dengan Masa Orientasi Sekolah dan pentas Seni harus kembali ke rutinitas kegiatan belajar mengajar.

Siswa tingkat satu yang seminggu kemarin masih menggunakan aksesoris aneh dan seragam SMP nya masing-masing sudah berbaur menjadi siswa ABS sepenuhnya. Aura perbedaan sudah tidak ada lagi berganti dengan aura kebersamaan setelah menjalani "siksaan" saat Orientasi.

Aku, Al, Orang yang mengaku siswa yang biasa-biasa saja, seorang Komite Perpustakaan yang kerjanya tidak jelas, seorang Kakak yang hampir selalu bertanya pada adiknya, Seorang siswa tidak terlalu pintar di kelas, seorang yang lumayan baik hati kadang-kadang, SEKARANG sedang memikirkan nasib dunia.


Tertawalah selagi kalian bisa. Tapi ini bukan sesuatu lucu. Karena aku sungguh-sungguh memikirkan nasib masa depan dunia ini yang katanya berada di tanganku.


Bergelut dengan pikiranku dan terlihat serius di pagi hari merupakan suatu hal yang tidak biasa bagiku apalagi bagi temanku, Iwan.


"Kau terlihat seperti mendapat surat dari masa depan yang mengatakan kalau hari ini kau bakal mati," Kata Iwan sambil menepuk pundakku.

Bagian dari masa depan benar tapi bagian belakangnya salah. Tapi tentu saja aku tidak mengatakannya. Dewa Hoax ini pasti akan langsung memperolokku kalau aku bilang sesuatu yang berhubungan dengan penjelajahan waktu. Karena kemarin aku dengan kejam mengacuhkannya saat dia bilang CERN sudah bisa melakukan penjelajahan waktu.


"Aku pinjam PR matematika," Kata Iwan dengan segera.

Aku juga belum mengerjakan.

"Bohong!"

Kalau tidak percaya buka saja buku matematikaku.


Seakan perkataanku adalah sesuatu yang harus dipercaya paling akhir, dengan brutal Iwan mengeluarkan isi tasku.


"He-hei! Sialan kau!" Kataku sambil menangkap hujan peralatan sekolahku yang jatuh dari tas.


"K-kau belum mengerjakan PR?!..." Seakan seperti pasien yang menerima surat informasi yang memberi tahu bahwa dia terkena Kanker otak dan variasi 5 penyakit kronis, Iwan menggenggam bukuku.

"Terus kenapa kalau aku belum mengerjakan?" Tanyaku santai.

"Kau niat mati tidak mengerjakan tugas Pak Eko?!"

Kalau tidak salah tugas itu untuk siswa yang tidak memiliki kegiatan sekolah pada saat Masa Orientasi Sekolah. Jadi aku bebas dari tanggungan itu.

"Si-sial! Aku lupa! Semoga Joni sudah mengerjakan,"

Kalau kau menanyakan orang yang sama saja tipenya denganmu tentu saja percuma. Kau akan mendapat jawaban "Aku juga belum mengerjakan," Pasti. Aku berani bertaruh makan siangku kau lempar kepada kucing kalau tebakanku meleset.

"UGh! Aku mau cari yang sudah mengerjakan PR! Al curang brengsek!"

He-hei! Buat apa menghinaku, dasar sial.!


"Oh ngomong-omong..."

"Apa?" Jawab Iwan separuh hati.

"Apa kau ada rencana bunuh diri jam 3 sore nanti? Atau kau berencana menabrakkan dirimu di kereta? Atau kau berniat ugal-ugalan di jalan pada jam segitu?"

"Kau bicara apa sih?!"

Tidak. Cuma tanya. Tapi berhati-hatilah jam segitu.


"Dasar aneh."

Setelah mengeluarkan kata-kata menyakitkan hati itu Iwan pergi dan bergerilya mencari teman yang sudah mengerjakan PR.


Tapi sebenarnya mengkhawatirkan Iwan itu tidak perlu.


Sesuai yang di katakan Aisa melalui telepon tadi malam, seseorang yang aku selamatkan nanti adalah seorang yang penting bagi masa depan. Dilihat dari manapun daripada seorang penting di masa depan, Iwan lebih terlihat lebih pantas menjadi musuh Rambo yang sekali hajar langsung tewas, atau karakter yang jadi bulan-bulanan Power Ranger.


Sambil duduk termenung aku mengingat-ingat percakapanku dengan Aisa tadi malam...


....


.......


..............


"Kenapa nama seseorang yang harus diselamatkan tidak tercantum," tanyaku was-was.


"Itu diluar wewenang kami, Kak Al. Apa di kertas itu ada coret-coretan lain?" Tanya Aisa kemudian.

Aku membolak-balik kertas tersebut segera. Ternyata ada sebuah kombinasi angka yang tertulis dibalik kertas itu. Kombinasi angka tersebut ditulis secara diagonal sehingga pada awalnya aku bingung mana atas dan mana bawah.

Dan aku memang bingung.

"89-96... tidak, bukan 96-68...Tulisannya tidak jelas atas dan bawahnya!!"

"Ti-tidak mungkin, kan? Pasti ada suatu pola yang memperlihatkan bagian mana yang bagian atas,"

Tidak. Benar-benar simetri sempurna.

"..."

Aisa terdengar bingung.

Kenapa tidak hubungi atasanmu?

"Tidak bisa, kak. Melakukan komunikasi antar ruang waktu tidak semudah yang kakak kira. Prosesnya kompleks dan tentu saja memiliki delay, atau tenggang waktu yang harus dipenuhi. Singkatnya, sebenarnya kami hanya manusia biasa jika tidak ada perintah dari pusat,"


Jadi kita harus bagaimana?


"Besok kita bertemu di Perpustakaan saat istirahat. Jangan lupa bawa kertas tersebut,"

O-ok. Ngomong-omong, siapa yang akan kita selamatkan.

"Itu juga diluar pengetahuan ku, Kak Al. Tapi kalau Organisasi menyuruh kita menyelamatkannya... Berarti dia orang yang sangat penting...bagi masa depan dunia"



....


.......


..........


Dan aku sama sekali tidak bisa mencerna pelajaran hari ini dengan baik karena pikiranku benar-benar teralih,


Keanoniman seseorang yang harus kuselamatkan adalah salah satu faktor terbesar. Bisa saja dia orang-orang yang aku sayangi. Aku tidak boleh menghiraukan kemungkinan terburuk.

Ayah, Ibu dan Nana sudah kuberitahu. Aku harap tidak terjadi apa-apa pada mereka. Meskipun terdengar seperti orang aneh aku tidak peduli. Aku tidak ingin menyesal nantinya.


Pelajaran hari ini serasa seperti neraka. Satu detik terasa berjam-jam. Aku ingin segera istirahat dan mencari tahu detail tentang surat ini.

Surat yang dengan aman berada di saku sebelah kananku selalu berada dalam rabaan tangan seakan akan bisa hilang jika aku melepaskannya.

Sial! Kenapa jantungku serasa sesak sekali.



Setelah bel istirahat siang berbunyi aku segera berlari ke arah perpustakaan.

Pikiranku dipenuhi rasa khawatir dan ketakutan. Aku harus segera bertemu Aisa.



"Kak Rossa! Mana Aisa?!" Aku sadar kalau baru saja aku berteriak di perpustakaan.

Menatapku dengan mata pembunuh Kak Rossa berkata,

"Kau sudah 1 tahun menjadi Komite dan penghuni perpustakaan tapi tidak bisa menjaga aturan tingkat anak SD yang berbunyi "JANGAN BERISIK DI PERPUSTAKAAN","

Ma-maaf. Kak Rossa lihat Aisa?

"Memang ada apa?"

"Masalah Pribadi dan Penting," Jawabku seakan hampir menyela pertanyaan Kak Rossa.


"Tadi dia datang dan bilang kalau kau mencarinya bilang 'urusan itu' kita selesaikan nanti sepulang sekolah. Begitu," jawab Kak Rossa santai.

Ke-kenapa ditunda?!

"Jangan tanya aku dong! Cepat bantu aku sini! "

Ta-tapi, ini masalah masa depan dunia!

"Jangan berisik. Ini masa depanmu! Kalau kau tidak segera ke sini dan membantuku kau dipecat!"

Tanpa nada bercanda sedikitpun Kak Rossa menunjukkan jarinya ke arahku.



"E-eve dimana?"

"Tidak tahu. Tapi kelas 1 memang masih sibuk. Jadi aku maklum kalau Aisa, Nana, dan Eve belum bisa membantu sepenuhnya. Kau harusnya mencontoh Isaac. Dari awal istirahat dia sudah datang untuk membantuku,"

"Kalau kelasku berada 100 meter dari perpustakaan aku juga bisa hadir awal," kataku sedikit tersinggung.

Hatiku masih merasa tidak tenang. Aku mencoba menghubungi Aisa namun ponselnya tidak aktif.


Sambil dikuasai rasa was-was aku dan Kak Rossa melayani para anggota perpustakaan yang mau meminjam buku. Sedangkan Isaac berkeliling perpustakaan membantu orang yang kesulitan mencari buku atau mengusir para pasangan yang menyalahgunakan tempat ini sebagai tempat ketemuan.


Tugas kami cukup berat. Kalau pada saat pelajaran ada pustakawan yang menjaga perpus, saat istirahat dan setelah pulang sekolah kamilah yang bertanggung jawab. Tentu saja di saat jam pelajaran pengunjungnya tidak terlalu banyak. Puncaknya adalah pada saat istirahat dan pulang sekolah.


12.30...

Masih 30 menit lagi sebelum masuk kelas.


Ugh!

"Kenapa kau terlihat khawatir seperti itu?" Tanya Kak Rossa saat kami senggang.

"Makanya, tadi aku bilang, Aku ada urusan penting dengan Aisa..." Kataku dengan nada menyerah.

"Kan dia bilang nanti sepulang sekolah, sudah jangan dipikirkan terus. Memang urusan apa sih..."

Aku kan tadi juga bilang kalau itu urusan Privat.

"Ya sudah kalau tidak mau bilang," Kata Kak Rossa merasa sedikit sebal.

Aku diam saja dengan reaksi Kak Rossa.

"Hei, apa di ABS ada rumor-rumor mengerikan tentang perpustakaan?" Tanya Kak Rossa.

"Hm? Rumor?"

"Semacam sesuatu tentang melihat suatu yang harusnya tidak dilihat,"

Aku kira kemarin aku mendengar hal yang sama dari Senior kita saat sebelum pentas seni.

"Padahal kemarin aku disini sampai malam dan berangkat pagi-pagi sekali, tapi kenapa tidak melihat sesuatu, ya?"

Kak Rossa berharap melihat sesuatu? Tanyaku heran. Normalnya seorang gadis itu takut akan sesuatu yang mistis seperti itu. Dan hal itu dieksploitasi para lelaki dengan membawa mereka nonton film horror atau pergi ke rumah hantu.

Tapi rasanya tidak berlaku bagi ketua kami.


12.33...

Agh! Kenapa jam ini berputar lamban sekali?!


"Ah, kau beli jam?"

Kak Rossa menunjuk ke tangan kiriku. Sepertinya dia baru sadar dengan benda hitam yang melingkar di tanganku itu.

"Tidak. Eve memberikannya padaku," Kataku seraya menggelengkan.


10 detik momen diam.



"Aku tidak tahu kau Playboy,"

HA?! Apa maksudnya itu?

"Maksudku, dulu kau seperti tidak tertarik dengan wanita,"

Jangan bicara sesuatu yang aneh dan penuh arti mengerikan seperti itu!! Aku pria normal! Kalau aku diberi pilihan wanita atau harta, aku pilih yang pertama.


"Hoo~"

Jangan melihatku seperti baru saja melihat perkawinan silang kadal dan gajah!

"Aku kira kau hom-"

Dengan segera menutup mulut Kak Rossa dengan tanganku dan menyerangnya seperti stalker.

"MHFTT!"

"Ka-kalau Kak Rossa mengatakan itu...Aku tidak akan segan-segan..."



"Anu- sa-saya mau pinjam buku ini... Tapi kalau timingnya tidak tepat..."

Seorang gadis AGS berkacamata yang tingginya hampir setinggi Isaac berdiri didepan kami. Aku kira dia juga 170 cm lebih sedikit. Untuk seorang gadis dia tinggi sekali.

Kalau tidak salah dia kelas 1, sekelas dengan Nana. Belakangan ini dia sering ke perpustakaan. Penampilannya yang unik membuat siapapun tidak mungkin melupakannya.


Aku segera mengambil buku yang disodorkannya dan meminta maaf.

"Ti-tidak, saya yang minta maaf,"


"Ah. Aku kira kau pinjam vol 4 kemarin. Kenapa sekarang kau loncat ke vol 6?" Tanyaku.

"Sa-saya tidak menemukannya di rak itu,"

Gadis itu sepertinya sangat suka Novel detektif ini. Sayangnya, kasus di volume 4 berakhir di volume 5 dan kasus vol 6 dimulai di volume 5 juga. Artinya kau akan melewatkan hal penting, Aku bisa melihat rasa kecewa terlukis di wajahnya.

"Kenapa tidak tanya kami?" Tanyaku.

"I-itu..."

Aku kira dia malu. Jadi aku tidak memaksanya untuk mengatakannya.

Di buku catatan tidak tertulis buku tersebut keluar, jadi aku yakin ini pasti ulah orang yang tidak mau mengembalikan buku sesuai urutan judulnya.

"Duduklah dulu, aku minta Isaac mencarikan. Tidak seru, kan? Kalau kau baca meloncat? Rasanya menyebalkan," Kataku sambil mengembalikan Novel volume 6 itu padanya.

"Te-terimakasih,"

"Nanti kalau belum ketemu, sepulang sekolah aku bantu Isaac mencari. Tunggu saja dengan tenang, dan... Oh! Kalau kau suka karya-karya novelis itu, kau pasti juga suka yang lain. Coba saja cari,"

"I-iya"

Gadis itu mengambilnya kembali dan duduk di dekat meja kami.


"Aku ke Isaac dulu," Kataku pamit pada Kak Rossa.

"Silahkan,"

A-ada apa dengan nada dan ekspresi wajah itu?

"Tidak ada apa-apa,"



***

Pada akhirnya buku tersebut ku temukan dengan bantuan Isaac. Untunglah, karena pulang sekolah aku punya urusan penting.



Rasanya waktu-waktu seperti ini membuat pikiranku sedikit tenang dan tertata.

Meskipun aku bertingkah khawatir kesetanan seperti tadi, kejadiannya akan terjadi nanti dan tetap nanti jam 15.03. Aku harus tenang.

Sekolah berakhir jam 14.30 dan setelah itu masih ada 30 menit untuk briefing dengan Aisa dan Eve.

Dengan keyakinan tersebut aku menjalani jam pelajaran dengan serius.


Dan begitulah, saat aku berniat serius mengikuti pelajaran, sebuah buntalan kertas melayang ke arahku.

Dari arah datangnya tentu saja tersangka pertamanya adalah Iwan.

Aku melempar ekspresi sebal ke arahnya menandakan aku sedang ingin serius belajar. Tapi setidaknya akan kubaca apa isi kertas tersebut.



/Q 5u p2s ma Krin.


JANGAN MENULIS PAKAI TULISAN ALIEN SEPERTI ITU, KUDA!! KAU SUDAH DIAJARI EYD YANG BAIK DAN BENAR OLEH GURU BAHASA INDONESIAMU! BIKIN MATA SAKIT SAJA!

Dengan penuh amarah dan rasa sebal aku menulis persis kata-kata di atas lalu melemparkannya kembali ke sang pelaku.

Aku tidak tahu asal tulisan belepotan angka dan singkatan itu, yang jelas kalau mereka pikir itu keren, mereka salah.


/Cih dasar nggak gaul. Itu bacanya, Aku mau putus sama Karin, Mbah!

TERUS KENAPA?! YA SUDAH SANA LAKUKAN!!

/Makanya... aku mau kau yang bilang...


MATI SAJA KAU.

Aku terus menggunakan huruf besar berbumbu emosi. Karena dari awal yang minta dijodohkan adalah mereka berdua. Dan sekarang mereka mau putus?! Lalu melibatkan aku yang masih memikirkan masa depan dunia? Maaf, tapi aku tidak punya waktu.

/Toloooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooong sekali. Aku tidak tega melakukannya di depan matanya. Kita juga sedang bertengkar. Kumohon! Kita teman, kan? Sebagai tanda keseriusanku, aku menulis huruf o diatas dalam jumlah banyak dan diameter sama.


Yang membuatku benar-benar melongo adalah dia mengira dengan menulis huruf o dengan diameter yang sama sebanyak itu aku akan membantunya. Aku masih tidak percaya ada orang yang hidup dengan logika sekonyol itu.

CK! IYA, NANTI KALAU AKU ADA WAKTU.

Aku mengakhirinya seperti itu karena Iwan pasti akan terus menyerangku seperti parasit jika aku tidak mengubrisnya.


Dan tanpa sadar bel berakhirnya sekolah berbunyi.



"Al, Jangan lupa janjimu!" Kata Iwan saat melihatku terburu-buru.

Iya!

"Al, sebentar lagi mau voting ketua kelas,"

Ma-maaf, aku ada urusan penting.

"Al, tugas fisika-"

Santai saja besok selesai...

"Al, Aku titip ini ke cewekku ya,"

O-Ok.


Saking pentingnya prioritas masalah ini, aku sampai menolak temanku mentraktir mie ayam. Aku meminta maaf lalu mengucapkan selamat. Walau aku tidak tahu apa yang dirayakan. Temanku yang satu itu selalu "selametan" setiap mendapat kebahagiaan. Karena dia kaya jadi dia sering melakukan itu.


14.40

Aku baru sadar waktu sudah terbuang karena aku menghadapi berbagai macam halangan dan rintangan sepanjang perjalananku perpustakaan.



"AL! Kau telat!"

Wajah Kak Rossa yang terlipat menyambut diriku yang baru saja masuk ke perpustakaan.

Tanpa basa-basi aku mendekat ke Kak Rossa dengan wajah serius seperti seorang finalis lomba pemain catur.

"Ke-kenapa mu-muka mu serius seperti itu? Aneh tahu!" Kata Kak Rossa dengan wajah memerah.

"Kak Rossa. Aku minta maaf. Tapi kali ini aku punya urusan. Urusan ini berhubungan dengan nyawa seseorang. Jadi maaf sekali aku tidak bisa hadir sore ini. Eve dan Rossa juga minta izin. Ah, jangan lupa ada temanku titip ini untuk pacarnya. Tolong diberikan. Kalau begitu aku permisi dulu,"


Terkesima dengan sikapku yang tidak biasa, Kak Rossa hanya mengangguk seperti boneka.


Aku segera menuju arah belakang perpustakaan. Sebelum aku menuju perpustakaan, Aisa mengirim pesan tentang koordinat tempat yang tertulis di balik kertas dari Isaac (Tua).





Jam 14.50, aku sampai ke tempat kejadian, atau lebih tepatnya, calon tempat kejadian.


"Mana Eve?"

Tanyaku pada Aisa setelah melihat gadis berambut pendek itu tidak hadir.


"Karena kami ragu dengan koordinat nya yang berbentuk simetri sempurna, kita bagi dua tim.

89-96... dan 96-68...

Kita berada di 89-96."


Anu, apa itu semacam koordinat kartesius 2 dimensi?

"Ya. Ini sebenarnya koordinat kartesius biasa. Pola ini sering di gunakan Organisasi. Sumbu Y positif adalah Utara dan Sumbu X positif adalah Timur. Dengan titik 0 ada di lokasi pertama kali kami datang ke bentang waktu ini." Kata Aisa menjelaskan dengan cepat.


14.51...

12 Menit hitungan mundur...

"Sial. Dadaku berdetak kencang sekali!" Kataku dengan keras sambil menghilangkan rasa gugupku.

"Itu normal, Kak. Kami juga." Kata Aisa walaupun terdengar tenang.


"Lalu, apa kita akan berhasil?" Tanyaku

"Maksud Kakak?" tanya Aisa bingung.

"Maksudku, apa ini sudah ditakdirkan dari awal?"

Aisa tersenyum menyadari kata-kataku.

"Oh. Maksudnya, Predetermined Event? Tidak tahu. Kalau kakak belum paham posisi kami di Organisasi, biar kami katakan. Kami adalah bawahannya bawahannya bawahannya bawahannya Kak Al. Itu saja sudah cukup tinggi menurut kami. Di antara Eraser, cuma kami saja yang bisa menggenggam posisi itu," Kata Aisa bangga,

Eraser?


"Kak Al kemarin dengar berbagai divisi di Organisasi, kan? Eraser itu pada dasarnya ada pada Divisi Transhumanisme... Lain kali saja bicara tentang Eraser. Kita harus siap-siap.

14.59.56

14.59.57

14.59.58

14.59.59

15.00.00!!

Aku mengamati lingkungan di sekitar kami. Aku tidak menemukan adanya tanda-tanda munculnya seseorang.

Karena tidak melihat seorangpun aku sempat ragu kalau-kalau ini cuma berita bohong. Tapi aku menggelengkan kepalaku dan berkonsentrasi.

"Melihat sesuatu, Kak Al?" Tanya Aisa memandang sekitar.

AKu tidak melihat apa pun, tapi menurut dugaanku, salah satu cara mati di koordinat ini adalah menjatuhkan diri dari tower air di sebelah kanan kami.

"Perhatikan Tower itu, Aisa"

Tanpa sadar aku memerintah Aisa.

"Baik,"


15.01

Belum ada tanda-tanda seorang pun muncul.


SIAL! KENAPA DADAKU SERASA SESAK SEKALI! Pikirku. Ini pertama kalinya aku merasa lemah dan tidak berdaya seperti ini.


Aisa dan Eve masih sempat berhubungan lewat alat komunikasi yang mereka genggam. Aku melihatnya sekilas dan tampaknya itu bukan ponsel.


"E-eve belum menemukan sesuatu yang aneh,"

Kata Aisa melapor.


Sial! Ini baru pertama kalinya dalam hidup aku berharap muncul dan dalam keadaan yang membahayakan.

15.02


"Waktu semakin dekat, tapi kita belum melihat apapun!" Gumamku sambil berkonsentrasi.











"Siapa itu?"

Aku segera menoleh ke Aisa.

"Kau lihat sesuatu?!"

"Gadis. Di dekat tower."

Aku memaksimalkan kerja lensa mataku untuk melihat dengan jelas ke arah Tower Air.


"HOOI!!! KAU YANG ADA DI ATAS TOWER AIR!! TURUN!" Tanpa sadar aku berteriak.

Samar-samar, aku melihat gadis itu menengok ke arah kami.

"Dari tadi dia duduk bersembunyi di titik buta kita. Jadi tidak terlihat." Kata Aisa.

Aku berlari menuju ke tower tersebut.

"Kak Al! Tunggu saja di bawah. Aku bisa menangkapnya!"

Mana mungkin tubuhmu itu bisa menahan energi kinetik benda yang jatuh dari ketinggian itu!



"Jangan lupa, Kami dari Organisasi,"


Mengeluarkan kalimat penuh percaya diri, Aisa membuat hatiku sedikit tenang.

Aku kembali menengok ke arah puncak Tower Air.


Rasanya aku kenal gadis itu...


Dia gadis kelas 1 yang tinggi itu! Sedang apa dia di sana?!


15.03


Sudah masuk waktunya! Apa yang harus kulakukan?!

"Tenang dan waspada. Kemungkinan terburuk adalah Tower itu jatuh."



15.03.45


"Mau apa dia?!" Tanyaku entah pada siapa.

"Sepertinya dia mau turun,"

Sial! Sudah masuk waktu kejadian dan dia melakukan tindakan berbahaya seperti it-

Belum sempat pikiranku menyelesaikan kalimat tersebut,



Gadis itu terpeleset,


SIAAAAALLL!!!!!


"AISA!!!!" Aku meneriakkan nama Aisa berharap dia melakukan sesuatu.

Sementara aku berlari menuju ke titik perkiraan jatuhnya dengan seluruh kekuatanku.


Aku sempat mendengar gadis itu berteriak dengan keras. Tapi momen tersebut serasa hampa.

Langkah ku serasa berat...


Sial,


Harusnya aku lebih rajin berolahraga...



Dan tiba-tiba suara berisik yang memekakkan telinga terdengar.


Suara tersebut seperti akan merobek telingaku.


Sial kepalaku sakit!


Saat aku membuka mataku, Aisa sudah berada tepat di bawah arah jatuh gadis itu.


Seperti balerina yang menari di atas panggung, Aisa mendarat dengan cantik seperti membawa kapas di tangannya.

Biasanya aku akan berkata, "Hei! Meskipun kau dari Organisasi, masih ada sesuatu yang perlu kau jelaskan dengan kata-kata! Seperti bagaimana kau menahan beban gadis setinggi 170 sentimeter hanya dengan lenganmu yang terlihat bisa hancur jika terlalu keras menggenggamnya!"

Tapi, melihat kejadian itu aku merasa suatu beban lepas dari tubuhku. Belum pernah aku merasa selega ini. Aku kira akan kusimpan pertanyaan ini dan kutanyakan nanti.




Gadis itu pun diturunkan oleh Aisa layaknya pangeran yang baru saja menggendong sang putri.


Gadis tinggi itu tidak bisa berkata apa-apa seperti terkena amnesia.


"Kau tidak apa-apa"

2 detik kemudian...


"Te-terimakasih! Nona sudah menyelamatkan saya,"

"Ah tidak. Kebetulan saja lewat," Kata Aisa menampilkan senyuman bulan sabitnya.

Yang membuatku lebih kaget adalah Gadis itu tidak sadar kalau gadis seperti Aisa... tidak, Manusia biasa tidak akan bisa menahan beban tubuhnya dengan lengan telanjang seperti Superman. Apa perlu kupanggilkan Nana dan mempersembahkan perhitungannya?

Tapi tentu saja saat ini bukan saat yang tepat mengatakan itu. Aku mengatakan sesuatu yang harusnya ku tanyakan.


"Jadi,..."

"Na-namaku Ti-tika,"

"Jadi, Tika. Apa yang kau lakukan di sana?"

Meskipun gadis itu menunduk, tubuhnya yang tinggi membuatnya terlihat semakin bungkuk.


Dia memperlihatkan sesuatu yang daritadi dia pegang dengan sangat erat.

"Novel?" Tanyaku bingung.

Novel itu adalah Novel detektif yang dia pinjam saat istirahat.

"Te-temanku ada yang jahil. Dia menyembunyikan buku yang kupinjam dari perpustakaan..."

Lalu bagaimana kau tahu buku itu di atas sana?

"Me-mereka bilang mereka menyembunyikannya di sana.."

Itu namanya bukan menyembunyikan! Itu mereka menyuruh kau mati! Sialan! Seenaknya saja!

"Te-tenang Kak Al. Yang penting dia sudah selamat" Kata Aisa.






Akhirnya setelah berbasa-basi dengan Tika sebentar aku berkata padanya,


"Kalau ada yang jahil padamu, bilang saja pada pada kami. Jangan khawatir, kalau ada kejadian seperti ini yang disalahkan bukan kau tapi mereka." Kataku dengan sedikit meyakinkan.


"Ta-tapi..."


Aku rasa dia berusaha berkata kalau dia juga tidak ingin yang menjahilinya di salahkan. Tapi aku memotong kalimatnya.



"Jangan lupa besok kembali untuk volume 7," Kataku menepuk pundaknya.


Menyambutnya dengan senyum, dia mengangguk.







"Ah! Akhirnya hari melelahkan ini selesai juga!" Kataku merentankan tangan ke udara.

"Syukurlah semua berjalan dengan lancar," Kata Aisa sambil tersenyum.


"Fyuh. Rasanya aku tidak melakukan apa pun. Yang menyelamatkan Tika adalah kau. Apanya yang nyawanya berada di tanganku. Dasar Isaac sial!" Kataku setengah bercanda.


Aku melihat jam tanganku,

15.15


Rasanya sejak aku memiliki jam hitam ini, aku jadi perhatian dengan waktu secara tidak sadar.

Gumamku pecah saat suara nada dering yang aku kenal berbunyi. Nada dering itu pernah bergema di Aula Utama yang membuat banyak orang tertawa.



"Halo. Eve,"

...

"Ha? Device komunikasi? Oh barusan rusak. Tadi aku pakai Force-Teleporter-Device."

...........


"APA?!"


Wajah Aisa seketika pucat dan mengeluarkan keringat dingin dengan deras.


Dia menyisihkan ponselnya dan menghadap ke arahku. Matanya basah seakan air matanya bisa jatuh kapan pun.


"Kak, Al~...*hiks*"


Kenapa?!





"Na-nana...*hiks*"

Kenapa Nana?!






"Dia *hiks*











jatuh dari loteng gedung AGS.."



========================================

Author Note :

Lagi niat bikin Author Note, Kali ini Omake judul chapter New Jump.

Chapter 01 - You Can't Trust What You've Seen Before You Gain Local Shared Recognition.


Sangat jelas. Ini adalah salah satu teori yang berdasarkan pada ketidakpercaya(diri)an seseorang tanpa adanya bukti de yure.

Hal ini sering sekali di eksploitasi genre komedi dan horror. If you know what I mean.

NB : Pernah digunakan di DAYS.

Chapter 02 - A Lie Everyone Accepts Will Become A Truth


Di Ep 1 Umineko Battler pernah berdalih (walaupun saat itu belum bisa memakai Blue Text) bahwa kenapa Beato bisa eksis? Karena semua orang mengakui keberadaannya yang maya.

Di ep 4 kenapa Kinzo bisa eksis? karena semua orang mengakui 'siapapun' yang memiliki nama kinzo adalah kinzo Ushiromiya.

Meskipun itu sebuah kebohongan jika semua orang mengakuinya, maka jadilah kebohongan tersebut menjadi kebenaran.

Saat Darwin membuat teori evolusi, kebohongannya di percaya hampir seluruh manusia di muka bumi. Maka berdirilah teori evolusi itu sebagai kebenaran yang fana.

Jadi apakah kebenaran itu? Apa nilai kebenaran ada karena semua orang mengakuinya?

Chapter 03 - The Abcence of Tourist from Future isn't Proof that Time Travel Impossible


Stephen Hawking pernah mengajukan argumentasi ke-tidak-mungkinan Penjelajahan Waktu.

Tidak adanya ORANG DARI MASA DEPAN adalah salah satu bukti bahwa time travel itu mustahil.

Kalau Time Travel itu bisa dilakukan? Kenapa sekarang tidak ada orang dari masa depan yang berkata "AKU DARI MASA DEPAN!" dan mengajukan bukti-bukti fisiknya. Sebuah varian dari Fermi Paradox.

Saya termasuk orang yang tidak percaya time travel itu mungkin. (Lha terus ngopo kowe nggawe Jump? Me : Lha wong seneng)(TL :Terus kenapa kamu bikin Jump? Aku : Ya karena senang). Jadi saya setuju dengan pandangan ini.

Tapi tentu saja saya juga percaya kemungkinan Time travel bisa dilakukan (Nah, lho).

Ada beberapa teori yang menjawab Absennya turis dari masa depan merupakan bukti kemustahilan time travel.

1. it might be that time travel is physically possible but that it is never in fact developed

2. even if it is developed, time travel might only be possible in a region of spacetime that is warped in the right way, and that if we cannot create such a region until the future, then time travelers would not be able to travel back before that date

Nah, yang membuat 2 teori ini adalah Hawking sendiri (bingung?)

3. there's possibility that time travelers could be here, but are disguising their existence or are not recognized as time travelers

ide ke tiga di suggest oleh Carl Sagan.

Untuk karya fiksi sendiri tentu saja bantahan paling powerful adalah bantahan ketiga.

Jadi kenapa di karya-karya fiksi time traveler dilambangkan memiliki Organisasi super rahasia dan ketat? Tentu saja karena kalau mereka tidak menjaga rahasianya kita mungkin sekarang sudah tahu kalau time travel itu mungkin. LOL at end.


Oh tanpa sadar sudah menulis terlalu banyak. Membaca wall of teks tidak menyenangkan tanpa gambar ya? ^^a Kapan-kapan pasti ada gambar deh kalau illustrasi sudah selesai.

See you again in Omake part 2!!

5 komentar:

Anonim mengatakan...

OH SHI--- seharusnya saya sudah menduga bait nya, sial, gara-gara terlalu intense adegannya jadi nggak sempat menduga.
Btw saya hampir tersedak pas line "huruf o diatas dalam jumlah banyak dan diameter sama." (saya baca sambil makan malam)

zetsudou sougi mengatakan...

wut!!!??? cepet amat!? perasaaan ch 4 baru kemarin?
soal ilustrasi gomen!! baru 4 lembar chara desain tadi siang ketiduran, saya malah lupa saol deskripsinya isaac dan rossa

Lightkun mengatakan...

"saat dia bilang CERN sudah bisa melakukan penjelajahan waktu"

LOL, saya jadi ingat Verbal Sparing antara Robert Langdon dengan Maximilian Kohler yg ternyata saya lupa isinya(BTW, kapan2 saya baca lagi ah)..........


BTW, maaf kk saya nggak bisa baca lebih lanjut, Skripsi saya belum selesai!!!!!! Kalo udah selesai pasti saya baca dan saya komen(err tapi saya tidak akan komen dengan serius ato dalam seperti kai san ato zetsudou a.k.a gecd san, saya cuma komen seadanya saja, misal kalo saya lagi mood pengen nge-troll, ya saya troll):haha::haha::ngacir:


Oh ya satu lagi, mengutip kata2 kebangsaan Rakyat Republik Kaskus, "LANJUT GAN!!!!!" :lol::lol::lol:

Franz Budi mengatakan...

@kai : ahaha.wav light novel memang tempat mengetroll

@gecd : :cheers: tidak perlu buru-buru

@lightkun : :lol: santai aja. Nggak perlu terburu-buru. Saya juga capek bacanya

Anonim mengatakan...

"Kak Rossa. Aku minta maaf. Tapi kali ini aku punya urusan. Urusan ini berhubungan dengan nyawa seseorang. Jadi maaf sekali aku tidak bisa hadir sore ini. Eve dan Rossa juga minta izin. Ah, jangan lupa ada temanku titip ini untuk pacarnya. Tolong diberikan. Kalau begitu aku permisi dulu," <<<???

keren!!

saya jadi nggak menduga Nana bakalan jatuh gara-gara cewek itu. (-.-")