Jump!!! - Chapter 07
Aku kehilangan kata-kata melihat pemandangan yang ada di sekelilingku. Tepatnya, aku tidak percaya dengan apa yang terjadi dengan gambar visualisasi yang jatuh maya, diperkecil, terbalik di retina mataku.
Semua orang berhenti bergerak, dalam arti sesungguhnya.
Berhenti total. Tanpa ada nafas. Seperti foto yang dipajang. Seperti replika patung lilin, atau mungkin seperti DVD film yang sedang di-pause.
Satu hal aneh yang langsung kusadari adalah aku tidak ikut berhenti bergerak. Waktuku tidak membeku dan seperti yang lainnya. Rasanya seperti setelah menggunakan Clock-stopper, tapi aku tidak ingat punya alat seperti itu.
Rasanya aku masih tidak percaya sampai-sampai aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan.
Aisa, Edi, dan Eve yang tadi sedang bersendau gurau sambil menikmati kue di toko kue tempat kakakku bekerja juga berhenti bergerak.
"A... Apa yang terjadi,"
Pertanyaan ini tidak ku tujukan kepada siapa pun.
Aku berdiri dari tempat duduk ku.
Aku bisa bergerak dengan normal.
Aku mulai mengingat-ingat apa yang terjadi, sebelum hal aneh ini terjadi.
"Aww~~ Eve manis sekali memakai baju ini," Kata Aisa memeluk tubuh Eve yang sedikit lebih kurus darinya.
"No-nona," Eve dengan suaranya yang lemah itu berusaha melepaskan diri dari genggaman Aisa.
Oi, berhenti. Orang lain bisa salah paham jika kau bertingkah begitu terus Aisa.
"Kalau kau iri, lakukan saja dengan Ed,"
Ap- Yang benar saja! Itu hal yang tidak akan pernah kulakukan meski aku diberikan Satu lahan pertambangan minyak di Timur tengah!
"No-nona bisakah nona menghentikan saran yang memuakkan itu?" Kata Ed dengan tersenyum pahit tapi masih dengan nada sopan.
"Ah kalian ini berisik. Oh ya, Ed kau mau kubelikan sesuatu? Mumpung tanggal muda," kata Aisa mengeluarkan senyumannya.
Ed seperti terkena petir. Wajah Ed memerah malu-malu. Dia menggaruk-garuk kepalanya seakan ingin mengataan sesuatu.
"Anu... tidak perlu nona, gunakan saja untuk membeli gaun atau apapun untuk Nona sendiri. Jangan khawatirkan saya," Kata Ed sambil menunduk.
"He? kau ini seperti dengan orang lain saja," Kata Aisa menekuk dahinya tanda sedikit marah.
"Er... sesuatu yang mungkin bisa saya pakai setiap saat," Kata Ed masih menundukkan kepalanya sehingga kami semua tidak tahu apa ekspresi yang sedang dia pakai.
"Em...Kau mau aku belikan jam tangan?" Kata Aisa.
"Te-terimakasih atas kebaikan Nona. Tidak akan saya lupakan," Kata Ed dengan gugup.
Lalu aku berpikir... Oh begitu... sambil melihat Ed dan Aisa.
"Ok, sekarang kita mampir ke toko jam dulu, tidak apa-apa, kan? Al?" Kata Aisa
Terserah, aku sih tidak masalah.
Aku, Eve dan Aisa duduk di bagian toko pakaian. Kenapa kami ada di sini? Karena setelah Aisa membelikan Ed Jam tangan, Aisa memaksa membelikan baju untuk Ed. Sambil menunggu Ed mencoba pakaiannya aku mendengar Aisa menjawab telepon yang katanya dari orang tidak dia kenal.
"Cih. Dasar! 79.4% laki-laki hanya mempunyai nyali kalau di telepon saja! Kalau mau mengatakan sesuatu kenapa tidak langsung berhadapan denganku saja, sih? Dasar pengecut!!" Kata Aisa sambil menekan tombol merah di Handphone-nya
Hei, bagaimana kau bisa mendapatkan angka tersebut?! Kalau angka itu dipublikasikan LSI baru aku percaya. Lagipula sepertinya kau galak sekali dengan laki-laki yang mendekatimu, ingat saat kau mengantarku pulang ke rumah?
"Hmm... mungkin kau benar juga. Aku juga berinteraksi denganmu karena perintah Organisasi. Kalau tidak ada urusan denganmu aku tidak akan berbincang denganmu," Kata Aisa sambil mengangguk-angguk
Terimakasih atas informasinya. Kataku sambil tersenyum kecut.
"Aku mendapat satu karung SMS yang mengajakku berkenalan, tapi aku menghiraukan mereka karena aku yakin 79.4% dari mereka pecundang!"
Yah, tidak heran bahkan menurutku Aisa termasuk gadis yang manis... ok, sekali.
"Memangnya kau sudah punya pacar?" tanyaku pada Aisa
Entah mengapa Eve yang dari tadi menundukkan kepalanya, langsung menengok ke arahku. Apa dia tertarik dengan kehidupan cinta Aisa?
"Meski aku tidak punya. Tapi aku tidak membuka lowongan untukmu!" Kata Aisa dengan tegas, namun aku melihat ada sesuatu yang terlihat ganjil di ekspresinya
"Hei, memangnya aku mau mengantri dengan cewek galak sepertimu! Aku kan cuma tanya!"
"Tidak perlu tanya-tanya!" Balas Aisa dengan cepat dan tegas.
"Kalau aku tidak bertanya-tanya bagaimana aku bisa tahu kau sudah punya pacar atau belum!"
"Sudah kubilang NO VACANCY! Nggak ada lowongan!" Kata Aisa.
"Dasar ge-er!!!"
"Lalu kenapa tanya-tanya! Biarkan aku sendiri!"
Kenapa kau menyebalkan sekali!!
Aku menyadari wajah Aisa memerah padam, tangannya mengepal. Lalu aku menyadari sesuatu.
"Maaf, aku baru sadar. Sepertinya itu subjek yang tidak menyenangkan bagimu, ya? Maafkan aku." Kataku menyesal.
"Tidak, salah ku. Aku tidak jujur," Katanya singkat.
Aisa memandang ke arah sepatunya dengan pandangan kosong. Aku merasa bersalah karena sepertinya aku membawa topik yang membuatnya tidak enak. Akhirnya aku memutuskan untuk mengganti topik pembicaraan.
"Oi, Aisa. Kira-kira kau tahu kenapa Penyihir-penyihir tersebut mengincar ku?" Kataku
"Kalau aku tahu, kami tidak akan secara buta menjaga mu seperti ini," Kata Aisa sambil memainkan gantungan HP-nya.
Ngomong-omong kalian sudah boleh bekerja pada Organisasi? Kalian belum masuk usia angkatan kerja, kan? Aku ingat nominal yang di tawarkan kepadaku tidak lah sedikit, jadi aku berasumsi angka gaji Aisa setidaknya lebih tinggi dari yang akan ku terima. Mendapatkan gaji di usia semuda ini merupakan berkah. Apalagi di zaman pengangguran seperti sekarang.
"Organisasi kami merekrut remaja seperti kami bukan tidak ada tujuannya. Selain kami memenuhi kriteria kerja yang diperlukan, umur kami yang masih muda menguntungkan kami sebagai penjelajah waktu di lapangan."
Begitukan? Apa contoh keuntungannya? Apa supaya orang lain tidak akan ada yang mencurigai kalian karena kalian anak remaja?
"Tidak juga. Al, Kau tahu kalau Waktu itu Relatif, kan?"
Ya, aku pernah baca buku tentang itu, er... tapi aku lupa,
"Bagi penjelajah waktu seperti kami, waktu kami ada 2 macam. Waktu dinamis dan Waktu Relatif," Katanya mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya.
"Waktu dinamis, di mana waktu yang masyarakat umum gunakan, GMT sebagai patokannyanya dan seterusnya. Waktu Relatif adalah waktu di mana waktu pada diri masing-masing orang bekerja. Saat kami menjelajahi waktu, waktu relatif tetap bekerja bagi kami.
Kami tetap bertambah tua dan tumbuh. meski kami berada di masa lalu. Untuk itu kami sudah mendapat pendidikan dari sejak dini untuk masuk organisasi. Untuk aplikasinya mungkin contoh termudah adalah dilatasi waktu. Waktu berlalu lebih lambat pada orang yang bergerak dengan kecepatan tinggi daripada orang lain.
Selain itu sel-sel kami masih dalam kondisi prima, sehingga kami masih bisa sedikit memanipulasi penampilan kami dengan alat-alat organisasi. Jujur saja ya, Umurku sudah 23 tahun," Kata Aisa dengan entengnya.
Menghiraukan istilah-istilah yang tidak ku ketahui dan menyaring kata-kata manusia yang bisa kupahami saja, aku mengatakan
"Ha?"
"Tuh, kan kau tidak percaya, Hahaha. Secara kronologis umurku memang 17 tahun, tapi secara relatif 17 tahun itu ditambah waktuku bolak-balik ke masa lalu, dan masa sekarang."
Itu, keren. Maksudku, kau bisa memanipulasi penampilanmu menjadi seperti remaja biasa yang seharusnya kau terlihat seperti kakakku.
"Yah terimakasih berkat alat-alat organisasi, aku masih bisa menikmati kehidupan sekolah menengah atas, hahaha,"
Aisa tersenyum. Aku tidak bisa menahan ada perasaan canggung melihatnya tersenyum. Dia sudah 23 tahun tapi tingkahnya seperti anak kecil, keras kepalanya bukan main. Tapi melihat senyuman itu... Aku paham dengan perasaan Ed yang wajahnya dibuat merah dengan mudah oleh Aisa sekarang. Senyumnya membutakan.
"Ada apa?" Kata Aisa menatapku bingung.
"Ti-tidak," Kataku mengelak dari tatapannya.
"Ngomong-omong, kenapa Penyihir-penyihir itu ingin menghancurkan kalian? Apakah karena kalian dianggap sebagai penganggu mereka untuk menguasai dunia?" Kataku asal.
Hei bukankah itu alasan paling sering digunakan para organisasi jahat untuk menghancurkan suatu kelompok?
"Itu hanya berlaku di kartun-kartun dan film," Kata Aisa.
Yah, di Anime, game dan novel juga berlaku lho,
"Hei Al, memangnya kau percaya kami itu pihak yang 'baik'?" Tanya Aisa
Aisa memandangku dengan pandangan serius,
"Maksudmu?" Kataku otomatis karena tidak paham dengan situasi.
"Kau melabeli mereka dengan 'antagonis' barusan, kan? Bukankah kau belum tahu apa kami memang 'protagonis'nya? Bisa saja sebenarnya kami lah yang jahat."
"Err... kukira kalian membantu terbentuknya sejarah dan menyelamatkanku dan kukira kalian kalian bertingkah seperti 'protagonis'?"
Aisa mmenahan tertawanya,
"Pfft- dasar naif. Kau tidak memperhitungkan kemungkinan bahwa kami melakukan semua ini untuk kepentingan kelompok kami? Atau tidakkah kau berpikir bahwa kami yang berusaha 'menguasai dunia' sehingga penyihir-prnyihir itu ingin menghancurkan kami?" Aisa menampakkan senyumnya yang seperti bulan sabit.
He- Hei mengapa kau menghancurkan Image baik kalian di depanku dengan mulutmu sendiri?
"Yah, aku tidak bilang itu sungguhan, kan? Aku cuma mau bilang jangan mudah percaya dengan kami. Atau karena aku sudah menyelamatkanmu sehingga kau pikir kami itu 'baik'? ..."
Aisa kembali melemparkan momen tanpa kata-kata ini padaku untuk berpikir. Aku melihat Eve tidak menyangkal apapun yang dikatakan Aisa. Tapi sebelum aku mengeluarkan kata-kata Aisa melanjutkan kata-katanya.
"Haha. Jangan dipikirkan. Aku cuma main-main. Tenang saja, organisasi kami jarang melakukan perbuatan 'jahat'. Kami juga bingung mengapa para Penyihir itu ingin menghancurkan kami. Kami, mudahnya, cuma mempertahankan diri. Apa salah mempertahankan diri saat kau diserang? Tidak, kan?" Kata Aisa lagi
Tunggu sebentar, kenapa kau barusan memakai kata jarang?
"Nona, saya sudah selesai," Kata Ed keluar dari ruang ganti pakaian.
Ed yang berdiri memakai setelan kemeja kotak-kotak itu menyapa kami yang sedang berbincang.
"Wow, keren!" Kata Aisa sambil tersenyum.
Ed hanya diam dan menutupi wajahnya yang merah dengan menunduk.
"Ok! Sekarang kita ke toko kue Kakak Al!" Kata Aisa memutar tubuhnya sehingga rambut ekor kudanya hampir mengenaiku.
Aku tidak mengingat kejadian besar yang terjadi setelah perbincangan ini.
Aku kembali menengok ke sekitarku.
"Selamat Siang, Tuan Al,"
Karena aku kaget, aku langsung menengok ke arah belakang dan menemukan seorang pria dewasa dengan setelan kemeja hitam seperti MIB. Tidak perlu waktu lama untuk mengenali pria tersebut karena kami baru bertemu kemarin,
"Kapten?"
"Ya, Senang sekali tuan masih mengingat saya," Kapten menundukkan kepalanya layaknya seorang butler.
"Kenapa semua orang berhenti?"
"Hahaha, cara berpikir anda belum seperti kami para Penjelajah waktu. Pokoknya, sekarang saya mempunyai beberapa hal yang perlu saya bicarakan,"
"Apa harus menghentikan waktu seperti ini? Maksudku apa Aisa dan yang lainnya tidak boleh diberitahu?"
"Anggap saja seperti itu. Karena informasi ini tingkatnya [Super Confidential] jadi Aisa dan yang lainnya tidak boleh tahu."
Aku mengandai-andai masalah apa yang akan dibicarakan Kapten,
"Tolong dengarkan baik-baik.
Saya ingin Tuan kembali ke 8 tahun yang lalu. Sekali lagi."
=================
Author Note:
Ada yang aneh?
Indonesia VS Bahrain 2 - 2 TAPI CURANG?!
1 bulan yang lalu
7 komentar:
OMGLOOOOOOOOL Aisa-nee O________O
moeeeeeeee XDDDDDDDDD
I guess that there's an interesting progress in the next chapter? great
splendid as usual
dan terlalu mubazir jika hanya di posting di blog yg hanya dibaca kalangan tertentu seperti ini
jika waktu luang saya lebih banyak, saya pasti juga bikin illustrasi buat karya ini
Aisa-nee? tentu saja ^^ dia sebenarnya 23 tahun Lol
jah saya sampai udah bosen promosi, tapi mungkin nature teman2 saya yang susah untuk jadi pembaca... mau gimana?^^
hahahaha seya juga lagi banyak urusan. Ngetik kalau lagi pening aja
anda coba bikin akun di google analytic terus pasang di widget ntar kan ketahuan berapa banyak leechernya :3
kenapa ga ditranslate ke jepang dan coba dikirim ke dengeki?:ngacir:
ga mungkin = =a
liat standarnya dengenki tinggi banget :swt:
btw kalau masalah promosi itu tergantung sepandai2nya anda bergaul, sayangnya anda bukan anak forum
Posting Komentar