CHAPTER 02



"Baiklah pertama kami akan memperkenalkan diri~sa!"

Ada yang membawa kamera? Aku ingin mengabadikan senyumnya. Mungkin aku bisa menyimpannya dan menggunakan foto tersebut untuk membujuk orang yang ingin bunuh diri bahwa masih ada senyuman secerah ini dan dia tidak boleh mati dulu.

"Aku Karin~!! dan Dia Edward~sa! Kami adalah penguji kalian!"

Uwah! sekolah ini waras tidak sih? Memberikan wewenang begitu besar pada muridnya! Karin ya? Akan kuingat baik-baik. Untuk bocah-Edward itu aku tidak peduli sama sekali.


"Pertama kami akan menjelaskan tentang Mega School dulu!"

Ternyata setelah mendengarkan penjelasan dari kedua senior ini, Mega University berubah menjadi Mega School. Perubahan nama ini dikarenakan dihapuskannya penjurusan seperti di Universitas dan, mereka bilang ini seperti pergi ke SMA kedua. Bedanya, setelah kau lulus dari sini Mega Corporation pasti akan merekrutmu. Jadi ini seperti training sebelum kerja.

Saat bersekolah disini kita akan diberi pendidikan bisnis dan macam-macam. Kami akan dipantau dibagian apa kami memiliki potensi kami untuk menjalankan anak-anak Mega Corp. Terdengar menyenangkan dan keren.

"Dan ujian kalian adalah..."

"Membuka usaha instan dengan peralatan yang disediakan~sa!!"

Ternyata orientasi sekolah ini adalah bisnis. Mungkin mereka mengetes kekreatifan kami dan jiwa wirausaha kami. Di depan kami telah tersedia berbagai kotak berbagai ukuran berjumlah sekitar 10 buah.

"Kalian bentuk kelompok ya~ Jangan salah memilih kelompok ya~sa!Pilih dengan seksama"

"Aku tidak peduli berapa orang perkelompok yang akan kalian buat, cepat buat satu dan daftarkan kelompokmu padaku," kata Edward. Ugh, nada bicaranya membuatku sebal.

Kebingungan dengan perintah yang diberikan kami terdiam sambil melihat sekeliling kami.

"Apa yang kalian lakukan!!Cepat!!Aku tidak suka MENUNGGU!"

Secara spontan kebanyakan dari mereka secara acak mengajak orang terdekat dengan mereka, mungkin terimidasi dengan bentakan si bocah Edward ini. Maaf, bung tapi aku tidak mempan dengan bentakanmu. Aku dengan santai berdiri ditempat dan melihat sekeliling mungkin ada orang yang menarik perhatianku.

Berdirilah seorang gadis dengan wajah seperti orang yang menelan kecoa. Dia kebingungan apa yang harus dilakukan dan sepertinya gemetar.

"Anu~ anu~ bagaimana ini~ apa yang harus kulakukan... waaaa~"

Sepertinya orang-orang mengacuhkannya.

Kuperhatikan gadis itu dengan seksama. Tubuhnya kecil namun cukup tinggi untuk mengambil kotak sereal diatas dapurku. Rambunya panjangnya seperti ibu-ibu dan dia memakai kacamata bulat.

Dia melihatku.

Kami saling memandang.

...

Akhirnya dia seperti ketakutan dan memalingkan pandangannya dariku. Memang aku seseram itu ya?

Tiba-tiba karena terdorong seseorang dia dan kacamatanya terjatuh.

"OI!!!!LAMA!LAMA!LAMA! Kalian mau aku diskualifikasi, hah! CEPAAATT!!! Buat grup dengan cepat apa susahnya, sih!!!" Bocah-Edward ini terus menekan para peserta.

Karena semakin panik dan terus ditekan para peserta menjadi semakin ribut. Si gadis kacamata kesulitan mengambil kacamatanya. Karena aku kasihan melihatnya, aku menuju ke arahnya untuk membantunya mengambilkan kacamatanya. Tapi tiba-tiba tangan dan kacamatanya terinjak-injak.

"OI!!BERHENTI!!" tanpa sadar aku berteriak dengan sangat lantang.

Sedetik kemudian semua orang terdiam dan melihat kearahku.

"Hei bocah, kenapa kau teriak-teriak!" Edward mengatakannya dengan nada sebal.

"Aku cuma mengatakan, berhenti panik. Kasihan gadis ini, lihat tangan dan kacamatanya terinjak" kataku membela diri.

"Kau sudah buat kelompok?"kata si rambut jabrik.

"Eh?!"

"Kalau belum kau didiskualifikasi. Sempat-sempatnya menyuruh orang lain berhenti. Memang kau sudah membuat grup, hah?"

Aku terdiam. Dari tadi aku cuma melihat sekeliling dan tidak sempat membuat grup. Sial, berpikir! berpikir! kalau tidak aku akan didiskualifikasi! Kalau aku sekarang dengan acak menunjuk seseorang sebagai anggota kelompokku, salah-salah jika orang itu tidak mengakuinya akan jadi lebih parah lagi. Cepat! Berpikir otakku!!



"Salah," tiba-tiba terlintas dipikiranku.

"Bilang apa kau bocah?"

"Salah. Seharusnya para peseta tidak panik seperti ini." sambil terus berpikir, aku merangkai kalimat demi kalimat.

Wajah si jabrik itu seperti kaget. Apa aku menebak dengan benar?

"Apa maksudmu, bocah?" Walaupun dia menegaskan nadanya, aku yakin dia agak sedikit terganggu dengan jawabanku.

"Kak Karin mengatakan, pilih dengan dengan hati-hati. Kau bilang pilih dengan cepat. Berarti kami disuruh membuat sebuah grup dengan hati-hati namun cepat. Kalau kami melakukan dengan panik seperti ini, berarti kami telah menghilangkan unsur mencari dengan hati-hati, benar kan? Aku cuma mengingatkan para peserta lain agar jangan sampai terdiskualifikasi karena hal sepele ini."

"Benar~sa~! Kau pintar juga,ya!"

Maaf Kak, bisa kau ulangi lagi kata-kata terakhir kakak? Aku kurang jelas mendengarnya. Kalau bisa direkam.

"Jangan memujinya Karin."

"Tapi~sa dia menjawab dengan benar soal kali ini ka-"

"DIAM DULU!"

Hei beraninya kau membentak seorang gadis! Apalagi gadis itu sudah mencuri hatiku! Sial! Mau mati ya?! Sebenarnya aku ingin mengatakan itu tapi terlalu beresiko. Lebih baik tenang dulu sambil terus berpikir. Kerja bagus otakku! Aku terselamatkan! Hampir saja aku terdiskualifikasi. Kemampuan manusia dalam keadaan terdesak sangat luar biasa. Mungkin diwaktu depan aku akan menelitinya dan mungkin mendapat nobel. Atau sudah ada yang menelitinya, kah?

Si Jabrik terlihat semangat dan tersenyum.

"Teori yang bagus, bocah!!"

Terimakasih

"Tapi, kau melupakan satu hal!"

Eh?

"Daritadi kulihat kau hanya diam berdiri saja dengan santai. Kau memang menjaga aspek 'memilih dengan hati-hati'. Tapi kau melupakan aspek 'cepat'!!"

"Eh~bukanny-"

Karena si jabrik memelototi Karin, Karin menutup mulutnya tanda mengerti.

"Sekarang, biar kutanya sekali lagi. Kau sudah membuat grupmu?"

Sial! Aku tidak mengira dia akan melontarkan pertanyaan ini. Berpikir! Berpikir!

_____________!!


"Dia bersamaku"

Si gadis kacamata yang sekarang tidak berkacamata bangun.

Rambutnya yang seperti ibu-ibu digerainya dan rambut indah seperti model pun terlihat. Matanya tajam dan penuh determinasi. Oy, dimana 'kecerobohan'mu tadi. Kukira kau adalah tipe kacamata yang ceroboh.

"Oh, tadi itu aku Cosplay."

"Cos..apa?"

"Cosplay, Cosplay. Aku tadi sedang berdandan ala Meirin dari Kuro***tsuji."

"Cosplay?"

Bisa-bisanya kau cosplay dihari ujian masuk.

"Iya. Hei bocah-Edward. Dia anggotaku. Kau punya masalah." kata si Gadis Cosplay.

Hei sejak kapan aku jadi bawahanmu!

"Berisik kau! Anggota Brigade tak boleh melawan ketua!!"

Brigade? Jangan bicara seperti kau Har*hi!

"Heh, jangan membohongiku. Daritadi aku memperhatikan kalian berdua. Kalian bahkan tidak saling berbicara sama sekali. Jangan cuma si bodoh ini baik padamu, kau membantunya, Nona!"

Si gadis Cosplay terdiam. Dari wajahnya aku tahu dia kebingungan.

Berpikir! Berpikir!

______________



"Kami berbicara melalui kontak mata."


Tiba-tiba saja kata-kata tersebut keluar dari mulutku.

"Huh? Kau bodoh, ya?"

"Kalau kau memperhatikan kami, kau pasti lihat kami saling memandangkan?"Kataku dengan kasual.

"Kalau diingat-ingat aku memang melihat kalian saling memandang seperti orang idiot."

Kata yang terakhir itu tak perlu. Pokoknya, kami saling memandang dan setelah itu aku tahu bahwa dia yang ditakdirkan menjadi kelompokku.

"..."

Hahahaha! Aku senang sekali saat melihat wajahnya yang terlihat seperti pecundang. Wow, aku mulai merasa ngeri dengan diriku sendiri. Aku bisa memikirkan kebohongan ini dengan cepat. Maaf, Tuhan. Aku berbohong karena kalau tidak aku akan didiskualifikasi.

BUGH!!


Tiba-tiba perutku merasakan sensasi yang tak terbayangkan. Sepertinya perut yang dari tadi pagi ini kosong ini seperti diremas-remas. Aku mau muntah...Kenapa kau menendangku, hah!!

"Bi-bisanya kau bicara sememalukan itu!!"

Si gadis cosplay wajahnya memerah.

"-mantis."

Eh?

"Romantis sekali~sa!! Bisa berbicara hati ke hati dengan hanya memandang~Ah."

Sial. Kak karin jadi salah paham! Tapi aku tidak bisa mengaku kalau aku berbohong. Gadis Cosplay bantu aku dong!!

"A-aku cuma percaya kalau aku bisa membuat kelompok yang hebat dengannya. Itu saja!"

Bagus! Gadis Cosplay. Walaupun reaksimu sedikit tsundere.

"Benarkah~?"

"...Baiklah. Kalian berdua adalah satu kelompok dan akan kudaftarkan." Si Edward berbalik dan menuju ke tempat semula.

Rupanya peserta lain memanfaatkan keributan tadi untuk membuat kelompok. Sehingga mereka satu per satu diwakili ketua mereka maju menyerahkan daftar kelompok.

"Ed~ kau lupa sesuatu ya?"kata Karin mengingatkan si Ketua.

"Iya-iya! Kelompok Al mendapat tambahan 5 poin secara otomatis untuk babak selanjutnya karena bisa memahami soal ujian kali ini dengan benar."

Aku benar-benar beruntung hari ini! Bisa bertemu senior yang manis, dan sekarang dapat tambahan 5 poin. Mungkin jika di game RPG poin LUK-ku adalah 99.



"Aku memaafkanmu, karena kita bisa dapat tambahan 5 poin. Tapi jangan senang dulu, Kita cuma berdua sedangkan kelompok lain terdiri dari 5-8 orang."

"Yang jelas terimakasih! Aku berhutang padamu!"

"Ya! Hutang yang sangat besar! Oh, ya kita belum berkenalan, Namaku Ava" katanya seraya menjulurkan tangannya.

Aku membalas jabatan tangannya lalu memperkenalkan diriku.

"Jadi, Al, Siapa ketuanya?"

Huh? Kita cuma berdua, aku akan menganggapmu partner. Lagipula aku tidak suka sistem bawahan dan atasan.

"Artinya ketuanya adalah aku! Kau bawahan harus menurut!" katanya sambil tersenyum.

Tunggu sebentar! Kenapa kau menjadi ketua!

"Karena kau tidak memiliki jiwa pemimpin. Kau lebih menyukai kita jadi partner,kan? Aku lebih memilih diriku menjadi ketua."

Terserah kau, yang penting bertanggung jawab. Oh ya bagaimana dengan Cosplay mu?

"Ah- Menyebalkan padahal aku sedang mencoba jadi tipe kacamata yang ceroboh!"

Untuk seorang wanita kau sangat aneh.



"OK~sa!! para ketua, silakan ambil undian kalian. Di kertas yang kalian ambil nanti, akan ada nomor. Silahkan ambil nomor sesuai undian yang kalian ambil~"

Dengan tubuhnya yang kecil, suaranya yang merdu dan wajahnya yang bersinar dia memandu setiap orang mengambil undian.

"Aku akan mengambi-"

"Aku saja!"

"Aku ketuanya! Aku yang mengambil undiannya!"

Tugas anggota itu melaksanakan tugas-tugas kecil seperti ini. Ketua diam saja dan menunggu pekerjaan yang lebih sulit.

"Kalau kau bilang begitu...ya sudah."

Terimakasih Ava! aku akan menggunakan kesempatan ini mendekati Kak karin.




Ternyata aku memang pecundang. Aku tidak bisa mengatakan apa-apa di depannya. Ah! Aku benar-benar bodoh! Aku tidak tau batas kemampuanku sampai mana. Sekarang aku malah seperti orang bodoh yang menunggu antrian sembako.

"Ah~"

"Ka-ka-kak senior..."

"Silahkan, ambil~"

Ternyata senyumnya benar-benar menyilaukan. Perasaanku seperti orang yang mengagumi indahnya matahari pagi namun setelah mendekat matahati itu aku malah menutup mataku karena silau.

Akhirnya aku cuma setor tinggah bodoh di depan Kak Karin.

"Bagaimana, Al?"

Aku menyerahkan kertas undian tersebut ke Ava.

"Kenapa kau ini? Habis makan kecoa?"

Berisik kau. Kita dapat nomor berapa?

"Nomor 12"





Kami mengecek kotak kami...

0 komentar: