Chapter 04
"Jadi, siapa gadis ini," tanyaku.
"Jangan khawatir, anggap saja dia seperti ekor, tanduk atau sesuatu" Kata Kapten
Ekor?! Seorang gadis yang terlihat tidak bersalah dan berwajah terlalu manis ini tidak mungkin ku anggap sebagai ekor. Segera setelah itu aku menyadari bahwa gadis yang tingginya sedadaku ini memegangi ujung baju Osisku.
Aku mencoba menyingkirkan tangannya. Tapi seperti bayi yang baru belajar menggenggam, tangannya lengket di bajuku.
"Ada yang salah dengan dia," kataku.
"Dia Eraser level S," Kata Aisa.
"Code name nya Eve," Tambah Edi
Bukan itu yang kumaksud! Ada apa dengan dia! kenapa dia terlihat seperti anak yang hilang di pasar?!
"Kalau begitu perintahkan saja dia melepaskan anda, Tuan," kata Edi
"Le-lepaskan aku,"
Seketika itu juga dengan gerakan seperti robot yang rusak, Eve melepaskan genggamannya.
"..." Aisa memandangnya dengan pandangan hampa.
"Jadi apa yang harus aku lakukan sekarang," Kataku
"Sekarang pulanglah dulu, kami juga banyak kerjaan," Kata Aisa.
Aku baru sadar kalau hari sudah semakin larut. Aku rasa aku harus pulang. Saat itu juga aku tahu ada yang salah dari tadi.
"Er... Kalau bisa, maukah Ed atau Kapten er... menemaniku pulang?" Kataku
"Yaiks! Itu menjijikkan!" Kata Kapten dengan wajah seperti baru mencium nasi basi yang sudah berjamur.
Jangan salah sangka! Aku harus punya alasan untuk keluar malam, kalau tidak aku bisa dimarahi kakak...
...
"Gyahahahahah! ku-kukira kau sudah SMA..." Kata Aisa
"Kau takut dengan kakakmu?" Kata Edi sambil menahan tertawanya.
Silahkan tertawa sepuas yang kalian mau, kalian tidak pernah berada di posisiku dan tidak akan mengerti.
"Maaf, saya dan Kapten ada urusan setelah ini, mungkin Nona Aisa bisa membantu?" Kata Edi menjelaskan
"Aku sih tidak masalah, cuma membantu memberi alasan kenapa pulang malam, kan?" Kata Aisa sambil memandangku.
"Maaf, kami harus pamit dulu Tuan Al," Kata Kapten.
Seketika kemudian kedua bayangan mereka ditelan gelapnya malam.
"Jadi... Eve..."
Aku menyapanya sambil berusaha untuk memahami ekspresi apa yang dikeluarkannya. Tapi sayangnya sia-sia.
"Ya, Tuan?"
Bisakah kau berhenti memanggilku 'Tuan'. Seseorang mungkin saja bisa salah paham dengan sapaan tersebut,"
"Dimengerti. Saya meminta sapaan yang lebih anda sukai.."
"Al saja sudah cukup," Kataku
"Baik tuan Al, Dimengerti."
...Tidak, kau masih belum mengerti.
Kami berjalan melewati ramainya jalan utama. Pada jam-jam seperti ini tentu saja tidak wajar ada anak SMA yang baru pulang, sehingga cukup banyak pasang mata yang memperhatikan kami bertiga.
Rumahku tidak terlalu jauh dari ABS, sekitar 20 menit berjalan kaki. Sebenarnya aku bisa mengambil angkutan kota, tapi aku lebih suka berjalan kaki. Selain lebih murah, tidak mengeluarkan polusi berjalan kaki membuat pikiran menjadi lebih segar.
Satu hal yang kali ini membuatku merasa tidak enak adalah kenyataan bahwa sekarang kami bertiga berjalan dengan formasi ular dengan Aisa sebagai kepala dan Eve sebagai ekornya.
"He-hei,"
"Apa?" Respon Aisa dengan cepat.
"Kenapa kita berjalan seperti ini? Kenapa tidak berjalan bersebelahan saja," Kataku
"Kalau mau melakukan itu minta saja kepadanya,"Kata Aisa tanpa menengok kebelakang sedikit pun.
Aku menoleh kebelakang. Kulihat Eve menatapku dengan pandangan kosong, Apa dia melamun?
"Tidak, maksudku, Kenapa berjalan seperti ini. Bukankah bersebelahan membuat kita bisa berbincang-bincang," Lanjutku
"Kalau kau mencari kesempatan ini untuk pendekatan kepadaku, lakukan di dimensi lain. Mungkin aku di dimensi lain cukup bodoh untuk mau didekati olehmu" Katanya tegas
Ap-! Apa maksudmu! Maksudku yang berjalan bersebelahan adalah Kau dan Eve! Bukankah kalian sesama perempuan? Dan di atas semua itu kalian satu Organisasi.
Aisa berhenti melangkah sehingga aku hampir saja menabraknya. Hei! Bilang-bilang dong kalau mau berhenti mendadak!
"Aku benci dia,"
Siapa?
"Itu! yang dibelakangmu!" Kata Aisa dengan nada seperti ibu-ibu yang baru saja kehilangan dompetnya.
Hei, kau baru saja menggunakan kata ganti benda untuk Eve! Tidak sopa- HAH?! benci? Maksudmu benci yang itu? Benci lawan dari suka?
"Memangnya di kamus besar bahasa Indonesia ada arti lain untuk kata BENCI ?!"katanya dengan nada sebal.
Oh jadi begitu? Pikirku. Menanyakannya lebih lanjut akan melewati batas, yah, aku kan orang yang baru dikenalnya beberapa jam yang lalu.
...Sial. Rasanya tetap tidak enak saja berjalan dengan hawa seperti ini. Aku rasa aku harus memulai sesuatu.
"Ja-jadi, sejak kapan kau tahu Menjelajahi waktu itu bisa dilakukan?" Tanyaku sekenanya.
"Aku lupa," Kata Aisa
"14 November, 10 tahun yang lalu," Kata Eve.
Kedua kalima di atas mereka keluarkan dari mulut mereka dengan perbedaan 0.2 detik.
"...tch! Lain kali beritahu untuk siapa pertanyaan yang kau ajukan, dasar kuda!" Kata Aisa
Bagus, Suasana semakin canggung, Sial,
"Maaf,..." aku merasa bodoh karena hanya kata tersebut yang keluar dari mulutku.
Aku rasa menanyai gadis judes di depanku ini hanya akan membawa ke hinaan-hinaan dan cemoohan lainnya. Jadi aku mulai bertanya kepada gadis di belakangku.
"ei, Eve,"
"Ya, Tuan Al,"
Kenapa kau mengikutiku terus, kau mungkin ada kerjaan lain? Mengantarkanku sampai rumah dan membantu memberi alasan bisa dilakukan oleh Aisa, kok. Kalau kau sibuk...
"Jangan khawatir, Prioritas utama saya sekarang adalah menjaga Tuan. Tapi sepertinya tuan tidak menginginkan saya, saya bisa mundur sekarang juga..."
Tidak- maksudku... EH?! Jadi kau... tunggu! Maksudmu kau jadi semacam bodyguard?
"Secara simpel, seperti itu,"
Jadi berarti kau akan mengikutiku terus?
"Tentu saja, Kami para Eraser tidak akan meninggalkan perintah begitu saja" Kata Eve dengan nada datarnya.
"Oi Eve!" Tak kusangka Aisa akan memotong pembicaraan kami.
"Ya Nona?"
"Belikan aku jus durian!"
Dengan kasar di melemparkan selembar uang 10 ribuan ke arah kami tanpa melihat kebelakang.
"Baik nona,"
Dengan rendah hati Eve memungut selembar uang berwarna merah tersebut dari tanah dan membersihkannya uang tersebut. Lalu, tanpa basa-basi Eve langsung pergi. Aku hanya bisa diam menahan amarah.
HOI! Bisa tidak kau sopan sedikit! Bukankah kau sudah keterlaluan! Kalau memang membencinya jangan segitunya dong! Dan yang lebih buruk lagi kau menyuruhnya membeli durian di saat tidak musimnya! Bagaimana dia bisa menemukannya?!
"Jangan salah sangka, aku melakukannya untuk menunjukan betapa patuhnya seorang Eraser terhadap tuannya. Kalau aku membatalkan perintah tersebut dia pasti akan kembali dengan segera" Kata Aisa.
Tapi kau kan bisa memberikan uang tadi dengan baik-baik. Ngomong-omong dari tadi kalian bicara tentang Eraser, apa sebenarnya Eraser itu? Penghapus?
"Di organisasi, ada 3 jenis pekerjaan. Key, Eraser, dan Staff. Eraser, seperti namanya bertugas 'menghapus',"
Aku tidak terlalu mengerti maksudmu,
"Para Key, sepertiku, sering sekali berurusan dengan orang-orang merepotkan saat menjelajahi waktu,"
Bukankah sepertinya kau membawa pistol otomatis waktu itu? Bukankah itu sudah cukup? AKu rasa kau bisa menjaga dirimu sendiri.
"Dalam kasus itu aku melawan bocah ingusan, Kau tidak tahu betapa mengerikan orang-orang masa lalu. Ugh, aku jadi ingat kakiku pernah hampir hilang di tahun 1929," Kata Aisa terlihat merinding.
Lalu sejauh mana kekuatan Eraser? Apa mereka bisa mengeluarkan laser dari mulut mereka atau mungkin mereka bisa mengendalikan Air, Bumi, Api dan Udara?
"Tidak sejauh itu tapi mereka memang lebih kuat dari manusia rata-rata,"
"Lalu Key maksudnya, apa?" Tanyaku lebih lanjut
"Hm... Aku kira hal tersebut masih belum bisa kuberitahukan,"
Begitu...
Tanpa sadar akhirnya kami berjalan bersebelahan. Aku kira Aisa akan kembali mempercepat langkahnya, tapi ternyata dia tetap menjaga ritme melangkahnya sehingga kami berjalan dengan langkah yang sama. Atau hanya perasaanku saja?
"...Dia itu tadinya temanku,"
Tiba-tiba saja dia mengeluarkan kalimat tersebut dengan wajah menghadap ke langit,
Eve?
"He-eh,... ah, untuk informasi tambahan saja. Aku memiliki 3 Eraser, Edi, Eve, dan... Ah, satu lagi kau belum kenal. Mungkin lain kali kuperkenalkan, Kalau tidak salah dia sedang di sekitar bentang waktu Perang Dunia 2" Kata Aisa
Kenapa terdengar Eraser itu seperti benda yang dapat diperjual belikan? Tunggu- Eve adalah Eraser-mu? Berarti kau tuannya?
"Yups."
Lalu?
"Aku rasa aku akan berikan dia kepadamu, sepertinya saat ini kau lebih membutuhkannya daripada aku,"
Jika orang mendengar kita mungkin mereka akan mengira kita sedang melakukan trafficing.
"Sebenarnya tidak perlu, lagipula..." Kataku berusaha menolak.
Tentu saja aku menolak, manusia bukan barang yang bisa diserah-terimakan.
"Jangan meremehkan dunia para penjelajah waktu, Kalau tadi Kapten tidak menghentikan aku dan Edi mungkin saja kau sudah lenyap terhapus dari muka bumi ini. Untuk sekarang kau harus terus berada dalam perlindungan Eve..." Kata Aisa
Mendengar pernyataan tadi, aku diam membisu.
"Eve... Aku yakin dia mampu melindungimu.."
Entah mengapa aku merasakan kesedihan dari nada bicaranya, atau perasaanku saja?
Tanpa sadar, kami sampai di rumahku. Melihat reaksi Aisa aku yakin dia kaget melihat rumahku.
"Ini rumahmu?" Katanya sambil menunjuk ke arah rumahku.
"Iya,"
"Kecil sekali, ya?"Katanya dengan wajah seperti melihat anak kucing yang kelaparan.
Terimakasih atas informasinya.
"Aku turut belasungkawa"
Atas apa?
"Kemiskinanmu?"
"Aku rasa aku tidak butuh rasa belasungkawamu, kau rasanya lebih ke nada mengejek,"
"Tidak, tidak, aku benar-benar belasungkawa... Kau sanggup bertahan di ruangan ini,"
Hei ini sudah bisa disebut rumah tahu! karena ini sudah punya 2 kamar dan ruang tamu dan dapur dan 1 toilet.
"Tapi bagaimana ruang makan? Bukankah syarat sebuah bangunan harus ada ruang makan?" Katanya lagi.
Hei bukankah, kau bisa makan di mana saja? Lagipula sejak kapan definisi rumah berubah? Seingatku definisi dari kamus umum bahasa Indonesia, rumah adalah tempat untuk tinggal. RUmah ini kutinggali, jadi ini bisa di sebut rumah.
"Tidak! Makan harus di ruang makan! Bagaimana coba rasanya makan di toilet! Lalu, kalau kau definisikan rumah seperti itu berarti saat tidak ditinggali itu bukan rumah lagi, dong, namanya!"
Siapa orang waras di dunia ini yang makan di toilet! ARgh! Cukup membahas rumahku! mau masuk tidak?!!
"A-aku pulang..."
"Selamat datang,"
Suara tersebut tidak salah lagi, kakak.
Aku langsung masuk ke kamarku dan aku menyadari bahwa ada sesuatu yang kurang... tasku. Kejadian tadi membuatku lupa bahwa aku membolos pelajaran PKn dan meninggalkan kelas sampai jam terakhir.
Kakakku yang melihat orang lain selain diriku, dia langsung menyambut Aisa dengan hangat.
"Hee- jarang-jarang Al membawa temannya ke sini-apalagi seorang wanita, Silahkan duduk Dik,
"Terimakasih"
Entah kenapa aku merasa Aisa tiba-tiba tingkahnya berubah seperti Tuan putri di drama-drama Asia di TV. Elegan.
"Al, tolong ganti lampu kamar mandi, kakak mau mandi tapi lampunya mati," Perintah kakakku
Segera setelah menerima perintah aku langsung melaksanakannya walaupun dengan sedikit menggerutu.
Lalu, sekembalinya aku dari mengganti lampu, Aisa dan Kakak sedang tertawa-tawa seperti teman lama yang sedang reuni. Ditambah Eve tiba-tiba sudah membawa Jus durian yang sekarang sedang dibawanya. Bagaimana kau bisa dapat jus durian itu?
"Ah, Al sekalian ambilkan gelas 4!" Kata Kakakku sambil tertawa.
Mungkin ini yang namanya menjadi budak di rumah sendiri.
"Sudah jangan berisik! Ambil gelas terus sekalian ambil snack di lemari,"Katanya dengan nada memerintah.
"Jadi kalian repot-repot kesini karena Al minta temani supaya membantu memberi alasan. Dasar Al, merepotkan orang saja," Kata Kakakku.
Boleh kuingatkan bahwa ada seseorang dirumah ini yang selalu ribut jika aku pulang malam tanpa alasan jelas, dan kalau sampai melakukan hal itu aku akan dihukum membersihkan rumah selama seminggu dan tidak boleh keluar, dikurung seperti Tuan Putri oleh penyihir?! Sekarang aku membawa saksi malah dibilang merepotkan,
"Aduh,Al, Kau bicara apa sih?" Kata kakakku seperti ibu-ibu ngerumpi.
Berhenti mengeluarkan ekspresi itu, menjijikkan.
"Oh ya Kak Mega, aku ada permintaan," Kata Aisa,
Ngomong-omong, Kakakku bernama Mega.
"Apa sayang?"Kata kakakku sambil tersenyum.
Sejak kapan kalian akrab seperti itu? Kemampuan seorang wanita dalam menyesuaikan lingkungan memang mengerikan, Aku akan bilang wanita itu seperti bunglon.
"Aku minta sepupuku, Eve, tinggal di sini, bolehkah?" Kata Aisa sambil menutup kedua tangannya dan memiringkannya tanda memohon.
"Secara teknis Kakak tidak menolak, tapi kenapa harus di rumah kecil ini?" Kata Kakak merendah.
"Rumah kami sedang direnovasi, mungkin beberapa minggu cukup, please!" Kata Aisa dengan nada diimut-imutkan.
"Baiklah" Kata Kakak.
Baiklah! Cukup! Aku tidak setuju! Akhirnya aku membuka mulut mendengar hal tidak masuk akal ini.
"Eh? Kenapa Al?" Tanya Aisa.
Kenapa kepalamu! Lihat situasi dong! Rumah sempit, ditambah seorang laki-laki ditambah seorang gadis bukan siapa-siapanya ditambah kakak yang jarang dirumah bukankah sama dengan bahaya!
Saat Aku menolak permintaan tersebut, si empunya masalah malah sedang menikmati jus duriannya dengan santai. Hoi, Eve tahu tidak, yang sedang dipermasalahkan sekarang itu kau.
"Bahaya kenapa, Al?" Tanya Kakak.
Kenapa? Kenapa?! Aku tidak perlu mengatakannya sudah jelaskan?! Aku tahu kau pura-pura tidak tahu, Kak. Meskipun rasanya beruntung, tapi otakku berkata ada yang aneh disini. Aku masih bisa berpikir dengan pikiran dinginku bukan dengan nafsuku. Lagipula, bagaimana kita menjelaskan kepada Pak RT?
"Yah,karena adikku menolak apa boleh buat, sebenarnya kalau rumah kami sedikit lebih luas mungkin bisa..." Kata kakakku.
"Kami pulang dijemput, kok. Jangan khawatir." Kata Aisa kepada kakakku.
"Bukannya begitu, jalan kesini sempit, lebih baik tunggu dijalan besar. Al antar mereka," Kata Kakakku
Tidak diberitahu pun akan kulakukan.
"Al, kau benar-benar tolol. Sungguh. Kau sadar tidak kalau kau itu dalam bahaya!" kata Aisa padaku setelah kami di luar jangkauan pandangan kakakku.
Terimakasih mengkhawatirkanku.
Sambil berjalan aku mengamati sekitarku.
Masa kini benar-benar berubah. Seluruh bangunan unik berdiri di sekitar rumahku, yang seharusnya tidak ada menjadi ada, dan yang seharusnya ada menjadi tak ada, Tapi entah kenapa perasaanku sekarang biasa saja.
"Nanti malam kami akan mencoba mengubah sejarah sekali lagi, semoga masa kini bisa kembali seperti semula," kata Aisa.
"Bagaimana caranya?" tanyaku.
"...pokoknya, kami akan melakukannya. Sekarang yang terpenting bagimu adalah bagaimana caranya kau dalam perlindungan kami..."
Kenapa dari tadi kau terus memaksa aku dilindungi sih? Apa sebenarnya yang akan menyerangku?
"Mungkin saja anggota Organisasi yang belum tahu, Mungkin saja penyihir! kau tidak pernah tahu itu! Mungkin saja orang dari masa depan maupun masa lalu," kata Aisa
"Nona, saya mengajukan metode lain," Kata Eve tiba-tiba berbicara. Aku baru sadar dia berjalan di samping Aisa dari tadi,
"Apa?" Respon Aisa
"Memberikan ITD kepada Tuan Al,"
"Itu mungkin ide bagus, tapi salah-salah malah kau yang mati. Lagipula ITD masih dalam percobaan"
Sepertinya ITD adalah benda yang mengerikan.
"Pokoknya hubungi aku jika ada apa-apa, taruh nomorku di quick dial supaya kau bisa menghubungiku dengan cepat," Aisa mengatakan ini sambil menuliskan nomor HP nya di tanganku.
Sedetik kemudian mobil sedan hitam berhenti didepan kami, aku rasa itu jemputan mereka. Dan kenapa mobil sebuah organisasi rahasia selalu hitam ya?
"Al, jangan lupa pegang selalu HP mu!"
Setelah mengatakan ini Aisa dan Eve masuk ke dalam mobil tersebut langsung melesat.
Aku lupa bilang bahwa aku tidak punya HP.
=======================================================
Author Note :
Chapter 04 bertujuan memperkuat personality dari setiap karakter yang sangat sulit dilakukan dalam satu chapter saja,
btw, saya jadi inget. Kemarin saya baru nonton To Aru Kagaku no Index dan di Random Curiosity mereka bilang "this ep was far better than those filler...blah blah"
Filler, kalau filler di narutard saya masih toleran ep itu disebut filler. tapi di to aru kagaku nggak ada yang namanya filler menurut saya. Ep yang mereka bilang filler adalah sedikit penajaman personalitas dari para karakternya. Biasanya memang anime yang diangkat dari Light Novel memang di anggap penuh filler dan gak to the point. Contohnya saja shana, anime ini bercerita tentang drama school life atau supernatural sih? dimana terkadang school lifenya malah mendominasi...blah, blah, karena di Light Novel halamannya banyak, 'filler' tersebut sebenarnya bertujuan mengenalkan lebih dekat kepada sang empunya arc.
Untitled
4 tahun yang lalu
6 komentar:
spot ngakak paling keras #1
"Kalau kau mencari kesempatan ini untuk pendekatan kepadaku, lakukan di dimensi lain. Mungkin aku di dimensi lain cukup bodoh untuk mau didekati olehmu"
spot ngakak paling keras #2
Lagipula, bagaimana kita menjelaskan kepada Pak RT?
Tajem banget yg terakhir, anda mensinisme klise-klise dalam anime bishoujo? wkwkwk
Pacenya masih tetep enak, misteri mulai terungkap, saya juga nggak keberatan dengan chapter "filler" ini, karena nggak kerasa fillernya.
Btw saya setuju dengan pedapat anda kalau filler perlu buat mendalami karakter, masalahnya di anime2 klisenya filler itu cuma jadi pengisi service, eps onsen lah, eps pantai lah, eps kolam renang lah. IMHO harusnya filler itu berisi scene misalnya eps tanpa battle dan melihat keseharian para karakter. Mirip2 doujin parody.
mensinisme anime bishoujo secara nggak sadar ternyata iya XXDD
yang terakhir tentang HP??
>Btw saya setuju dengan pedapat anda kalau filler perlu buat mendalami >karakter, masalahnya di anime2 klisenya filler itu cuma jadi pengisi >service, eps onsen lah, eps pantai lah, eps kolam renang lah. IMHO >harusnya filler itu berisi scene misalnya eps tanpa battle dan melihat >keseharian para karakter. Mirip2 doujin parody.
Setuju banget!!! apalagi kalo filler ep kolam renang atau onsen :swt:
kai: bukan, yang terakhir yang ke#2 maksud saya, yang pak RT
wakakaka Pak RT adalah rintangan terbesar kalo ada tanda2 kumpul kebo LOL
Tiba2 kok ada eve ya? Apa saya kurang teliti saat baca chapter sebelumnya?
Saya mendapat kesan dari penjelasan Aisa kalau Eve itu bukan manusia. Tapi sepertinya Al gagal memahami hal itu.
Fallendevil : Itu namanya closure, menyerahkan sela-sela cerita kosong kepada pembaca
hehehe tunggu saja, tapi kemampuan anda menganalisa bagus juga
Posting Komentar