CHAPTER 03

"Kan aku sudah bilang, maaf..." kataku memohon

"Diam kau! Kalau kau mau aku maafkan, cium dulu sepatuku! Jadi budakku!"

Memangnya kita hidup dizaman Fir'aun! Berhenti meminta sesuatu yang tidak mungkin kulakukan!




Biar ku jelaskan kenapa situasi menjadi seperti ini...






"Kotak kita berisi bumbu-bumbu dapur, bagaimana ini?"

Kalau berisi bumbu-bumbu dapur berarti kita harus membuat usaha makanan, kan?

"Maksudku...Kau tahu...Aku tak bisa masak..." kata Ava

Aku sudah tahu penyakit wanita muda kaya zaman sekarang. Jarang dari mereka yang bisa memasak. Tak perlu malu, sudah biasa.

"Bukan, begitu!"

"Pokoknya, sekarang dengarkan petunjuk dari panitia,"

Waktu sampai jam 5 sore. Kami harus menggunakan bahan-bahan yang disediakan dari kotak. Lokasi penjualan adalah di sekitar kampus.

"Seharusnya di kotak kalian ada kertas bertuliskan target penjualan kalian," Jelas si Jabrik pada kami semua.

Aku memeriksa kotak kami.


Mereka pasti bercanda....



Target Penjualan : Rp 500,000



Aku memeriksa kotak kami sekali lagi. Bumbu-bumbu dapur dan alat-alat masak. Hei Jabrik cuma ini saja? dan kau menge-set target penjualan kami Rp 500,000?

"Tenang saja, kalian bisa meminta apapun sebagai tambahan asal kami izinkan. Silahkan diskusikan terlebih dahulu, sekarang jam 8.03. Jam 9 kalian harus siap."


"Al, kau bisa memasak, kan?"

Pertama, aku bisa memasak. Kedua kau bisa Cosplay. Ketiga kita bisa menggabungkannya. Sehingga, TADA! Warung Cosplay!

"Aku juga berpikir begitu,"

Pokoknya pertama kita pikirkan masakan apa yang harus kita sediakan.

"Bagaimana kalau Spagetti atau Burger?"

Lebih baik jangan makanan cepat saji. Ingat, kalau kita menjual makan cepat saji, bumbu dapurnya tidak terpakai maksimal dan makanan cepat saji harganya murah... Lebih baik menjual... Nasi Goreng. Mudah dibuat, variasinya banyak bisa dijual dengan harga lebih mahal dari biasa kalau enak.

"..."

Apa?

"Sial, aku cuma bisa mengandalkanmu dalam masalah ini, Al"

Sekarang kita pikirkan kostum yang akan kau pakai.

"Bagaimana kalau maid! Aku mau pakai kostum itu!" katanya tersenyum senang.

Ugh... Kau tidak malu pakai pakaian itu? Terserah kau sih...

"Tapi kalau cuma aku yang Cosplay, paling-paling cuma akan menarik Om-om mesum... Kau juga Cosplay!"

Tidak.

"Hee! kau melawan ketua?!" Katanya sambil tersenyum licik.

Kostum apa yang kau mau pakaikan padaku?

"Butler! Butler!" katanya tersenyum gembira.

Butler... bolehlah.

"Kita akan latihan berbicara ala pelayan!"

Ok, kostum sudah selesai. Sekarang kita minta peralatan dan bahan tambahan. Um.. pertama beras, rice cooker...

"Terserah kau! Aku mau menyiapkan kostum. Bye~" Ava langsung menghilang dalam sekejap.

HaaH~ benar-benar. Kita bahkan belum menghitung harga jual. Ehm...biaya pokok dibagi jumlahkah? Atau apa ya?

Tiba-tiba suara laki-laki dari belakang mengagetkanku


"Hei, bocah! bagaimana?" Si Jabrik berjalan kearahku dan berhenti.

Seperti yang kau lihat, kami sudah selesai. Tinggal meminta bahan tambahan.

"Memangnya kau bikin, apa?

"Wa-warung Cosplay..."

"Hmph- Hahahahaha! Kau mau melakukan hal memalukan itu? Memang yang memasak siapa?"

Aku. Ada masalah?

"Yah, muka miskin miskinmu menunjukkan kau pandai memasak, sih. Bye. Aku mau keliling dulu. Oh ya kalau kau tidak PD dengan masakan sendiri kami bisa meminjamkan koki, lho"

Tidak terimakasih. Aku menghindari faktor X yang menyebabkan aku gagal. Siapa tahu si Koki itu bersekongkol denganmu.

"Terserah kau, sih... Bye-"



Akhirnya dengan sisa tenagaku aku menyiapkan segala peralatan di stand kami. Lebih baik aku menyiapkan makanan untuk diriku sendiri dahulu.

"Hei Al!"

"Ah~ Pak Jo"

Mantan guru olahragaku ini sepertinya dalam mood yang bagus. Apa Bapak sudah selesai dengan pekerjaan Bapak?

"Sudah,"

Aku menawarkan nasi goreng yang aku buat kepadanya.

"Kau belum makan, kan? Kau saja yang makan. Bagaimana kabarmu?"

Aku bercerita tentang sekolahku setelah SMP. Sambil mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, aku menceritakan degan santai. Pak Jo sepertinya senang mendengar bahwa aku bersekolah dengan serius.

"Kau sudah berubah lebih tenang, sekarang. Syukurlah..."

Kalau dipikir-pikir memang begitu.

"Dulu saat ibu mu baru saja meninggal, kau benar-benar depresi dan penuh emosi. Bahkan kau nekat berkelahi dengan guru."

Aku terdiam.

"Maaf, aku membawa-bawa masalah lama. Kakimu, baik-baik saja?"

Aku melihat kaki kananku. Kaki ini pernah dipatahkan oleh Ayah. Kami pernah berkelahi dengan hebat... Aku bahkan membuat ayah terluka parah di wajahnya. Kami benar-benar brutal saat itu. Kami bahkan sampai berniat membunuh satu sama lain.

"Untung Ayahmu dan kau sudah berbaikan sekarang. Kau dulu bahkan tidak mau mengucapkan kata 'Ayah'. Kau tahu, kau sudah kuanggap seperti anakku sendiri, Al. Kalau ada masalah katakan saja."

Aku tahu Pak Jo. Kau satu-satunya orang yang membelaku saat aku akan dikeluarkan dari sekolah... Kau bahkan sampai dipecat karena aku... kau tahu... Aku benar-benar merasa bersalah.

"Kau anak paling baik yang pernah aku kenal, Al. Aku memang kecewa saat kau melakukan 'itu'. Aku jadi dikeluarkan. Tapi semua sudah lewat."

Wajahnya yang sudah setengah baya tersenyum dengan bijaksana.

"Kau tahu Pak Jo, aku masih belum bisa memaafkan ayah...Gara-gara dia..."

"Tapi kau masih sayang kepadanya kan? Kalau tidak, kau tidak akan mau tinggal bersamanya atau makan satu piring dengannya, kan?"

...

"Bagaimana kabar adikmu?"

Dia anak jenius. Jangan khawatir, kondisi mentalnya berkali-kali lebih kuat dariku.

"Ayahmu?"

"Dia baik-baik saja." kataku. Aku bahkan merasakan bahwa nada bicaraku menyedihkan.


"Kau pasti diterima di sini. Aku tidak tahu kenapa, tetapi aku ingin percaya padamu. Kau sudah jauh lebih dewasa dari waktu terakhir kita bertemu. Percayalah, tidak ada orang yang sengsara terus menerus. Oh, aku harus laporan dahulu. Sampai nanti."

Jaga dirimu.

Sosok setengah bayanya menghilang dikerumunan peserta yang sedang menyiapkan standnya.




"Hei, Al!"

Darimana saja kau, aku dari tadi menyiapkan semuanya sendiri. Cepat bantu aku.

"Kulihat semua sudah selesai, kok." kata Ava sambil menunjuk stand kami.

Apa yang kau bawa itu?

"Tada!"

Dari tas yang dibawanya keluarlah dua buah kostum. Kostum maid dan butler. Aku selalu berpikir, kalau orang-orang kaya benar-benar mempekerjakan lebih dari satu butler. Lagipula maid dan butler paling-paling hanya ada di drama dan anime.

"Kalau aku cuma punya satu maid dan satu butler,"

Kau punya maid dan butler! Yang benar saja! Apa pekerjaan itu benar-benar eksis! Di Indonesia tidak ada yang namanya maid dan butler. Aku juga ragu ada orang yang mau memakai setelan Butler dan maid setiap hari? Bukankan membuat pekerjaan jadi lebih susah.

"Kalau pekerjaan kasar seperti itu sih, kami punya tukang kebun,"

Aku bisa gila mendengarkan cara orang kaya menghabiskan uangnya. Apa sih pekerjaan orang tuamu?

"Ayahku pemilik perusahaan alat-alat golf,"

Golf. Olahraga yang harus menggunakan mobil kecil untuk mencapai bola yang sudah dipukul. Yang peralatannya lebih mahal daripada sewa rumahku 5 tahun?

"Tergantung rumah seperti apa yang kau sewa, peralatan yang bagus memang harganya cukup mahal."

"Pasti enak jadi orang kaya, ya? Aku bahkan tidak bisa membayangkan kriminal apa yang harus kulakukan untuk menyaingi kekayaanmu dalam sehari" kataku sambil menyiapkan tisu.

"Ayahmu kerja apa, Al?"

"Dia cuma pekerja serabutan, kalau dia kerja kami makan. Kalau tidak, ya tidak makan,"

"Eh~"

Apa? Tidak perlu kasian padaku.

"Ta-tapi... Ah! aku bisa membantu ayahmu dengan memperkerjakan dia di-"

"Terimakasih atas niat baikmu, tapi tidak perlu."

Ayahku bukan orang yang kompeten. Salah-salah nanti dia malah membuat perusahaan ayahmu merugi.

Dia itu....

_________!!!


Aku mengatakan sesuatu yang harusnya tidak kukatakan terhadap orang yang sudah merawatku dari kecil.

PLAK!!!

Sedetik kemudian aku terjatuh ke tanah. Pipi kananku terasa panas dan sakit.

"Aku tidak menyangka-!" kata Ava.

Akhirnya aku mendapatkan kesadaranku kembali. Ava terlihat benar-benar marah. Baru pertama kalinya aku ditampar oleh seorang wanita.

"Meskipun kau berpikir sejahat apapun ayahmu, kau tidak pantas mengatakan hal sekotor itu pada ayahmu-"

Aku merasa belum waktunya berdiri dan membalas kata-katanya.

"Meskipun aku jarang bertemu langsung dengan ayahku tapi aku tahu dia bekerja keras demi aku! Kau! KAu!KAU!! Mulut kotormu pantas menerima tamparan sekali lagi!"

Aku menangkap tangannya yang hendak menamparku.

"...kau..."

"BICARA APA KAU!!" Ava sepertinya benar-benar kerasukan setan.

Aku mengambil nafas dalam-dalam.

"TAHU APA KAU!!!!" Aku benar-benar mengatakannya dengan seluruh kekuatanku.

Ava mundur selangkah.

Tahu apa kau! Tahu apa kau! Tahu apa kau! Kau berkata seperti itu karena ayahmu sayang padamu! Ayahmu selalu memberikan hadiah padamu saat ulang tahunmu, kan? Ayahmu selalu berusaha hadir di pertemuan wali murid, kan? Ayahmu menyayangi Ibumu, kan? Ayahmu tidak pernah berkata kasar pada keluarga, kan? Ayahmu tidak pernah memukul dan menyiksamu, kan? Ayahmu tidak pernah berkelahi denganmu, kan? Ayahmu tidak pernah mematahkan kakimu yang berharga, kan? AYAHMU TIDAK PERNAH INGIN MEMBUNUHMU,KAN!!!!

Hah, hah, hah...


Aku mencoba mencari ketenanganku kembali. Beberapa saat kemudian beberapa orang mendekati kami.

Ava menangis.

Dia menangis.

Aku cuma bisa berdiri ditempatku. Aku memandang orang sekelilingku. Mereka memandangku dengan tatapan menyalahkanku.

...Sial!Sial! Kenapa aku terbawa suasana!






"Kan aku sudah bilang, maaf..." kataku memohon

"Diam kau! Kalau kau mau aku maafkan, cium dulu sepatuku! Jadi budakku!"

Memangnya kita hidup dizaman Fir'aun! Berhenti meminta sesuatu yang tidak mungkin kulakukan!

"Aku benar-benar tidak percaya apa yang kau katakan tentang, ayahmu,"

Terserah. Aku cuma ingin semua kembali seperti semula. Aku tidak suka mencari musuh.

"...baiklah. Aku maafkan. Karena kau bawahanku."

Terserah. Berarti kita kembali seperti semula?

"Ya."

Akhirnya kami berbaikan. Tidak ada yang lebih menyebalkan dari orang terdekatmu adalah orang yang membencimu.






Kami kembali merencanakan stand kami

8 komentar:

kai mengatakan...

Awesome, bwahahaha. Tapi target yang diset benar-benar "mengerikan". Saya harap anda sudah memikirkan cara penyelesaiannya yang logis.

Franz Budi mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Franz Budi mengatakan...

udah dipikir baik2 kok.klo ga gw ga bakel pake cerita sadis ini...wkwkwkwkwkw

Anonim mengatakan...

baru baca 3 chapter sih.. secara aliran cerita gw rasa sih cukup menarik. penggunaan kata2nya bisa menggambarkan setting yg terjadi dengan jelas. semoga tiap chapter yg gw baca bikin gw nambah penasaran..

cuma ad sedikit hal mengganggu, settingnya terlalu kejepang2an, mulai dari cosplay dan logat "~sa" si Karin, mirip dengan beberapa seinen manga, light novel, ato anime dr negeri asalnya.
bukankah lebih baik klo diberi setting yg lebih "Indonesia", biar terlihat lebih orisinil..

tp overall great story. sekarang mo baca kelanjutannya dl..

Franz Budi mengatakan...

actually saya emang merencanakan hal2 seperti itu.

出合いサイト mengatakan...

今最高にアツい出合いサイトをご存知ですか?恋愛に繋がる出会いは必ずある!ほんとに出合いの無い人だけアクセスして下さい!業者が蔓延しているSNS系サイトよりも出合いサイトが今アツい!

モバゲー mengatakan...

全部で15個の設問!約3分程であなたのモバゲー度がまるわかり!素人か玄人か診断します!

グリー mengatakan...

グリーにハマっている人集まれ!自分のグリー度を測れるサイトが誕生!!簡単チェックであなたのグリーレベルをバシっと診断!最近始めた人もマニアレベルの人も今すぐチェック!