Aku dan pria itu bertukar pandang cukup lama sehingga aku merasa dimensi bernama waktu tidak lagi eksis di dunia yang telah hancur ini.


Tubuhnya tidak lebih tinggi dariku, namun juga tidak terlalu pendek. Kalau dibandingkan tubuhnya setinggi Aisa.


Wajahnya penuh kepercayadirian dan... sulit dipercaya, tapi wajahnya sedikit mirip denganku. Tapi tidak sepenuhnya mirip.


Apa dia adalah aku dari masa depan? Atau dia dari dimensi lain? Yang manapun, sejak aku mengenal Organisasi, aku tidak akan kaget.

Namun mata merahnya benar-benar terlihat sangat mencolok di dunia yang gelap ini.


Aku tidak ingin berspekulasi lebih jauh, jadi aku memutuskan untuk menanyakannya.


"Siapa kau?"

Dia tersenyum.

"Coba tebak,"

Sial! Aku tidak punya waktu untuk main-main! ... Setelah dipikir-pikir, tangan kananku semakin terasa perih.



Tiba-tiba, dari arah belakangku terdengar suara berisik dan puing-puing yang ada di situ terbang melayang karena gaya hempas dari sesuatu di bawahnya.


Eve dan Aisa berdiri.

Dan mereka berdua terlihat tidak senang.

Sementara Karin terlihat menunduk di bawah... sayap Eve

Sepertinya sayap Eve yang waktu itu muncul sebagai akselerator tubuh kali ini membuktikan kapasitasnya sebagai perisai yang kokoh melindunginya dari reruntuhan.

"Aisa! Eve! Karin! Ugh. Kalian baik-baik saja?,"

"Daripada itu luka Al lebih parah! 'Ibu', tolong!,"

"Tidak disuruh pun, Aku sudah tahu,"

Aisa dan Karin segera berlari kearahku. Karin mengambil sesuatu mirip perban dari sakunya dan menutup lukaku.

"Jangan khawatir, nanti kucarikan pengganti tanganmu. Sekarang lebih baik menutup lukanya dulu jangan sampai busuk," Kata Karin dengan tergesa-gesa, sekilas aku lihat tangannya bergetar.



Sementara Karin merawatku dan Aisa terlihat panik, Eve terbatu di tempat awalnya. Aku mencoba melihat Pria yang sedikit mirip denganku itu.

"Ah, silahkan. Tidak usah menghiraukan ku." Katanya setelah melihat lirikanku padanya.

Dia terlihat santai sekali. Bahkan dia memandang kami sambil jongkok.


"Si-siapa kau?" tanya Aisa memberanikan diri.


"Diam kau anjing Organisasi,"


Seketika itu juga ekspresi Aisa berubah drastis dan mengeluarkan pisau kecilnya dan sepersekian detik kemudian dia menyerang Pria itu. Kejadian itu hanya berlangsung beberapa milisekon. Aisa sudah berada di depan Pria itu menghunuskan pisaunya.


"UGH!"

Tapi secara mengherankan pria tersebut bisa menghindari serangan Aisa dengan sedikit menggeser lehernya. Sepertinya tadi Aisa mengincar kepalanya.

"Selalu emosional. Sama sekali tidak pantas menjadi Eraser,"

"DIAM!"

Aisa membelokkan pisaunya ke arah leher, namun sepertinya Pria itu terlihat lebih cepat bereaksi.

"Itu sebabnya kau selalu kalah dari Eve,"

"DIAM!! DIAM!!"

Aisa tidak berhenti di situ saja. Dia terus menghujani pria itu dengan sabetan pisaunya. Tapi sepertinya pisau memiliki kelemahan dalam hal jarak. Meski serangan Aisa cepat, pria itu menghindari dengan keluar dari jarak serang Aisa.


"Hmph! Kau bahkan tidak bisa menjatuhkan clean hit padaku,"

"DIAM!! DIAM!!"

Serangan Aisa semakin brutal. Meski begitu cepat tapi justru sepertinya dia memiliki banyak celah untuk di serang balik.

Dan benar sekali. Pria tersebut menjatuhkan satu tembakan tepat di perut Aisa dan Aisa terpental beberapa meter dengan kasar.

Pria ini jelas bukan manusia. Aku tidak tahu kapan dia mencabut pistolnya.


"Kalau tadi peluru asli, kau sudah mati, Nak," Kata Pria tersebut tersenyum menghina.


"Mundur Aisa, Kau sedang di provokasi,"



Suara itu bukan dariku atau Karin yang sedang sibuk menutup lukaku,

'Al' dari masa depan dan Eve kecil bersama 'Nona Vampire' muncul entah dari mana tepat di belakang Eve.



Eve dan Aisa menengok ke arah 'Al' dan terlihat kaget... oh, Eve tidak terlihat kaget. Ekspresinya datar seperti biasa,

Dari tadi pagi aku merasa Eve sangat aneh. Dia seperti boneka hidup... apa ini gara-gara insiden di atap gedung AGS?

"Ke-ketua besar!" Aisa langsung menunduk hormat.

"Yo, Aisa dan ...Eve?"

Eve hanya menunduk dengan sudut yang sangat kecil.


Ah! Sedang apa kau di sini?!


"Jadi dia sumber dari semua kekacauan ini?" Kata 'Al' dengan nada muak melihat pria itu.

"Hau! Hau! Orang jahat!"

"Sekarang waktunya membuat babak belur, bocah ini," Kata 'Nona Vampire' dengan pose aku-siap-menghajar-wajahnya-sampai-bonyok.

"Hau! Kalahkan dia!"


"Aisa, mundurlah, ini bagian kami." Kata 'Al' dengan percaya diri

"..." Sedangkan Eve diam saja meski aku mengerti kalau ekspresinya sedikit berubah.



"Aku tahu kalau Claire dan Eve tidak sabar menendang bokong bocah sok ini. Tapi aku ingin tanya sesuatu... Siapa kau? Kenapa kau bisa melakukan ini semua?" Tanya 'Al' pada pria itu


Apa maksud dari 'ini semua'?


"Bukankah lebih baik kalau aku menjelaskan semua peristiwa ini dari awal? Kasihan Tuan Al muda ini... dia tidak tahu apa pun,"

Pria itu masih saja bisa tersenyum dengan menyebalkan. Tapi aku tidak menolak idenya untuk menjelaskan dari awal.



"Kau ingat kejadian 'mayat' di perpustakaan, Al?"

Tanya pria tersebut padaku.

Tentu saja aku masih ingat dengan jelas. Mayat itu mayat prof. Lampard yang menyamar sebagai mayat untuk bisa menjelajah waktu ke masa ini.

"Hihi HIHIHAHAHAHAHHAH!!! Kau percaya saja dengan penjelasan itu?!"

Apa maksudmu?

"Buat apa menyamar menjadi mayat? Kau bisa menjejah waktu tanpa diketahui siapa pun! Sama sekali tidak perlu sampai menyamarkan diri sebagai mayat! Benar, kan Tuan Ketua Organisasi?"

Pertanyaan itu ditujukan pada 'Al' dari masa depan.

"Ya," Katanya dengan sedikit pahit.

"Mayat itu aku yang kirim," Kata Pria itu dengan santainya.


"Jadi... itu bukan mayat palsu? Tapi mayat prof. Lampard sungguhan?" Tanya Aisa.

"Pantas saja tubuhnya menghilang saat ingin ku autopsi... walau aku sudah tahu kalau pembunuhnya adalah aku," Jawab Karin




"Itu aku tunjukkan sebagai peringatan. Kalau sejarah bisa berubah... Tapi tentu saja yang mengerti itu semua hanya Eve dan Ketua Besar, kan?" Pria itu memandang 'Al' dan Eve yang terdiam secara bergantian.

'Al' hanya bisa terpaksa terdiam dan mengakui semua yang dikatakan orang ini.


"Aku, dulu sama sekali tidak melihat mayat di rak 17A,"

"Aku melaporkan kejadian ini pada ketua besar sebagai laporan, sepertinya setelah hari itu semua menjadi kacau," Kata Eve dengan cepat.


"Benar sekali karena 'SEJARAH BISA BERUBAH!"

"Omong kosong! Sejarah tidak bisa berubah! Semua harus memenuhi causality loop! Hukum sebab dan akibat! Mana bisa seenaknya sejarah berubah!" Kata 'Al' emosi.


"Sejarah bisa berubah... Tapi karena ada pasukan pelindung aliran waktu yang sok benar seperti kalian, makanya sepertinya semua menjadi hubungan sebab-akibat yang sempurna... Tapi coba kita lihat kejadian di atap AGS, misalnya, saat Eve kehilangan kakinya, seandainya Organisasi tidak menggantikan kaki itu, apa yang terjadi?"

"Aku tidak tahu, tapi Organisasi harus menutup hubungan sebab-akibat,"

"Tch! Maka dari itu aku benci Organisasi,"

"Diam kau. Kalau semua orang seenaknya menjelajah waktu dan tiba-tiba berlaku seenaknya maka apa jadinya dunia ini?"

"Lalu untuk apa kau dan teman-temanmu menciptakan A.D.A.M dan Eraser?,"

"Penjelajahan Waktu adalah dosa kami, maka kamilah yang bertanggung jawab kalau sampai ada kekacauan," Kata 'Al' masa depan semakin serius.

"Huh! Dosa?! Manusia menguasai dasar penjelajahan waktu itu adalah takdir! Suatu ilmu yang suatu saat pasti akan ditemukan! Kalian tidak bisa menyembunyikannya begitu saja dari semua orang!"

"Memang benar... tapi tetap saja kami yang bertanggung jawab. Sejak ditemukannya A.D.A.M, sebuah super komputer yang bisa mengkalkulasi perhitungan penjelajahan waktu yang mendekati akurat, kami yang bertanggung jawab. Penjelajahan waktu hanya untuk kepentingan umat manusia. Masih banyak orang seperti Prof. Lampard dan kau yang membuat kekacauan waktu... tapi tentu saja kami masih percaya hubungan sebab-akibat. Karena aku masih hidup di masa depan artinya 'Al yang ini' tidak akan mati,"

"Mau dicoba?" kata Pria itu terlihat sedikit muak.

"Sebelum itu kau akan mati. Tidak ada seorangpun di masa depan yang bisa merubah takdir masa lalu,"

"Bagaimana kalau jauh di masa depan sana ditemukan suatu alat yang bisa menghancurkan takdir?"

"...Apa maksudmu?"

"Pengetahuanmu tentang penjelajahan waktu hanya terbatas sampai masamu saja, kan? Bagaimana kalau jauh di masa depan sana... seseorang yang bisa merubah takdir itu ada?"

"...Devil's Proof... Aku tidak bisa menolak eksistensi sesuatu yang aku tidak tahu. Kalau begitu, sebelum kau melakukannya kami akan menghancurkanmu,"

"Huh, Aku sudah hafal pola kerja Organisasi... Mereka menghancurkan yang menghalangi mereka,"

"Kami menghancurkan yang menghalangi kami menjaga keharmonisan waktu,"


"Hau!! Aku pusing!!" Kata Eve kecil memegang kepalanya dan menggelengkannya.

"Eve kecil, santai saja, yang penting tugas kita menendang bokong bocah itu," kata Vampire yang kalau tidak salah namanya Claire.

"A-aku akan bantu sebisaku," Kata Aisa tidak mau kalah

"..."

Eve terlihat aneh...



"Nah siapa namamu?" Tanya 'Al masa depan' pada Pria tersebut.

"Panggil saja aku Nol,"

Err.. apa itu sebuah codename?

"Tuan Nol. Anda akan kami eksekusi di tempat. Tuduhan : Menghancurkan aliran waktu dengan alat yang belum diketahui."

Eve kecil tiba-tiba mengeluarkan suara seperti robot. Dia seperti hakim yang memvonis terdakwa.

"Huh... coba saja kalau kau bisa?"


Claire melesat kearahnya sambil menghunuskan cakarnya yang terlihat sangat tajam. Kecepatannya tidak kalah dengan Eve yang memakai sayap.

Namun Nol terlihat tidak sedikitpun khawatir. Dia menghindar dengan efisien.

Saat Nol melompat menghindari Claire, Eve kecil menembakkan sesuatu dari matanya seperti laser. Laser tersebut berdiameter besar sehingga sepertinya seekor sapi akan langsung lenyap tanpa sisa jika terkena.

Nol menembakkan puing-puing di tanah dan puing-puing tersebut berterbangan menhalangi jalur dari laser. Dan dengan sedikit waktu yang tersisa setelah memperlambat jalur laser, Nol melompat lebih jauh ke arah samping.

Belum sampai di situ, Aisa melesat menusuk tepat di arah perut Nol. Dan kali ini sepertinya tepat sasaran!

"Ini untuk yang tadi!" Kata Aisa

Nol berusaha memberontak dari tusukan Aisa.


Saat itu 'Al' dari masa depan mengarahakan revolvernya ke arah Nol.

Seperempat detik dia membidik, lalu melepaskan tembakan yang sama sekali tidak terdengar seperti revolver, malah seperti bazooka. Mungkin kalibernya sama, tapi daya hempasnya membuatku hampir melayang.


Nol yang berhasil lepas dari tusukan Aisa berusaha keras menangkis peluru itu dengan tubuh pistolnya. Di akal sehatku masih sempat berpikir, bagaimana mungkin manusia bisa melihat jalur peluru yang ditembakkan? Tapi sekali lagi itu hanya berlaku untuk manusia biasa.

Nol terlempar dari efek tembakan 'Al' masa depan.

"Eve! Keluarkan Tombak!" Kata 'Al'

"Hau! Eve keluarkan Tombak!... hei, aku juga Eve, kan?"

"Hancurkan dia, nak!" Kata Claire

"Ayo Eve!!" Kata Aisa menyemangati.


Eve perlahan melayang...

Sayapnya seakan ikut bereaksi liar, sebuah sinar di atas kepalanya yang membentuk siluet tombak.

Eve menggenggamnya seakan sinar tersebut merupakan materi padat.

Lalu mengambil ancang-ancang seperti pemain olimpiade lempar lembing.


DUAAAAAAAAAAAAAAAR!!!!!!

Suaranya begitu memekakkan seakan langit akan terbelah dan telingaku mau pecah.





Perlahan debu pertarungan mulai mereda.



Dan pemandangan mengerikan terlihat...


'Al' masa depan terlentang dengan tombak besar di dadanya. Darah mengalir dengan deras karena tombak itu baru saja menusuknya tepat di jantung.



Aku terpaku selama beberapa detik.


Eve kecil terisak. Suara isakannya semakin keras sehingga semakin lama kesunyian hancur oleh tangisan Eve kecil.


S-salah sasaran?!

"T-tidak mungkin salah sasaran. Kalau memang Tombak mengenai 'Al', berarti memang dari awal Eve mengincar 'Al'"

"Bug?!" Tanya Aisa dengan ekspresi tidak percaya.

"Bukan... Eve Controller. Eve adalah Eraser pertama dan Eraser terkuat sepanjang sejarah Organisasi. Bisa dibilang kalau Eve jatuh ditangan musuh, sengaja atau tidak, Organisasi bisa hancur. Karena itu sebagai tindakan pencegahan... Suatu pengendali yang bisa mengendalikan Eve secara paksa diciptakan. Namun... Al tidak suka itu, dia lebih suka menganggap Eve sebagai anaknya sendiri," Kata Karin terlihat pucat.


"KhuhuHUHUHUAHAHHAHAHA!!! Tepat sekali. Dengan Eve Controller, aku bisa mengontrol Eve!," Kata Nol seakan sudah memenangkan pertandingan ini.


"Tapi harusnya cuma Pemimpin Organisasi yang bisa menggunakannya..." Kata Claire menambahkan.


"Artinya..."

"Pria ini..."



"Pemimpin Organisasi?!"

Yang benar saja! Aku tidak terima semua kejadian ini!! Aku baru saja melihat cara mati diriku yang satunya!! Aku bisa gila kalau seperti ini terus!



Eve melayang perlahan ke arah Nol. Kali ini jelas sekali dia berada di pihak siapa. Namun tidak ada tawa puas atau senyum menghina dari Eve setelah dia menkhianati kami. Wajahnya yang seperti porselen mengkilap itu terlihat datar.

Namun ada satu hal yang tidak wajar.


Setitik air mata terlihat ada disudut matanya.


SIALAN!!


"Eve... Bunuh semua kecuali Al itu,"











Ini pembantaian.

Bahkan serangan terkuat Claire yang seorang Alien Vampire pun tidak membuat Eve bergeming. Dan akhirnya mati dengan instan setelah menerima Tombak,

Eve kecil tidak bisa berbuat banyak. Dia secara mental sudah tidak bisa bangkit lagi setelah melihat 'Al masa depan' tergeletak.

Karin dibunuh pertama karena dia dokter.



"EVE! SADAR!" Aisa berteriak putus asa melihat Eve berjalan perlahan ke arah kami berdua.

Tanpa menghiraukan sedikitpun seakan seperti robot, Eve terus saja berjalan. Langkahnya yang perlahan justru membuat kami semakin ketakutan,


Aisa berlari ke arah Eve dan memeluknya berharap dia sadar,

"EVE! INI AKU! AISA! SADARLAH!,"

"A-a-"

"AISA! AKU AISA,"

"A-i,"


JROOTT!!!

Tangan Eve menembus jantung Aisa dengan mudah.


Otakku sudah tidak bisa berjalan normal. Aku terlalu shock untuk mengomentari semua ini.


Eve berjalan ke arahku... mengeluarkan Tombak.

"Stop!"

Eve berhenti mendengar perintah Nol.

"Bunuh dirimu sendiri,"

Seakan seperti marionette Eve bergerak dengan kaku.

Dia menancapkan Tombak dengan sisi tajam di atas.

Lalu dia melompat tinggi...



dan jatuh tepat di Tombak... menembus perutnya.




"Sekarang, di dunia ini cuma ada kita berdua,"

Kalau itu dikatakan seorang wanita dan kami saling mencintai rasanya akan sangat dramatis. Tapi kalimat di atas dikatakan oleh Pembantai Maniak yang sangat mengerikan dan ingin membunuhku.


Aku tidak bisa mengeluarkan sepatah katapun seakan aku sudah lupa cara menggetarkan pita suaraku.


"Kalau kau mau menyalahkan seseorang, salahkan lah teman-temanmu yang menciptakan konsep menjelajah waktu,"

A-a-a-a-apa maksudmu?!


"Grandfather Paradox..."

"Ha-a-HA?"

"Organisasi belum memecahkan Grandfather Paradox,"

"Bu-bukankah Prof. Lampard sudah mencobanya?! Dia gagal!"

Dia tersenyum.

"Bagaimana mungkin bisa mencoba Grandfather Paradox kalau yang dibunuh bukan kakeknya sendiri? Lagipula pada akhirnya Prof. Lampard di bunuh oleh Karin.


Oh ngomong-omong, yang memberikan prof. Lampard senjata laser terkondensasi itu adalah aku,

Sekarang,...

Tidak ada seorang pun yang bisa mencegahku membunuhmu...

Apa kau siap?"


Aku menelan ludahku.


"KAU GILA!" Kataku putus asa.


"Kalian penemu penjelajahan waktu lebih gila,"


Dia menarik pemicunya.


Dan mengarahkannya tepat di otakku.


"Kau tahu, di dunia ini... segala sesuatu adalah proyeksi dari Otak... Kalau aku menghancurkan otakmu... Kau berakhir, dan tidak dapat memproyeksi dunia ini lagi..."

Aku tidak bisa mencerna kalimat Nol dengan baik. Ketakutanku membuat tubuhku membeku.




Dia menarik perlahan pelatuknya.


"Selamat Tinggal, Kakek,"


DOR!












***************************



"HAAAAAAA!"

Aku terbangun.

Apa semua tadi mimpi?!

Aku ingat langit-langit ini...


Ini adalah kamarku.

Rasanya aku sedikit lega kalau semua yang terjadi adalah mimpi.

Perlahan aku bangkit dari tidurku dan melihat penunjuk waktu.

Aku baru sadar kalau setelah bangun, pasti yang pertama kali kulihat adalah langit-langit, setelah itu pasti aku memastikan waktu.


Aku melihat ke arah tangan kananku. Jam pemberian Organisasi hilang.

Aku melihat tanggalan. Tapi tentu saja aku tidak tahu tanggal berapa.

Aku perlu memastikan tanggalan dengan ponselku.



12 Juli.


Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah. Hari pertama Nana menjadi siswi AGS...

"Ahaha... semua ini mimpi..." kataku sambil tersenyum kecut namun lega.


Aku bangkit dari tempat tidurku dan menuju kamar Nana untuk membangunkannya.



Tapi saat aku membuka pintunya sepertinya Nana sudah bangun dan sudah siap.

"Hei! Ketuk pintu!"

"Sori, kau sudah siap? Ini baru jam 5,"

"Ahaha aku tidak sabar pake seragam baru,"

Aku masuk ke kamar Nana.

Melihat sekeliling dan aku melihat suatu yang tidak wajar.


"He-hei! I-ini siapa, Nana?"

Kataku menunjuk ke arah bingkai foto yang ada di meja belajarnya.

"Hm? Bukankah ini foto kakak dan teman-teman bersamaku saat kita semua nonton film The Hop Locker?"

Ti-tidak, maksudku, siapa saja mereka?!

"Kakak aneh,... AH! Aku tahu! Kakak pura-pura bodoh! Aku nggak akan tertipu weee!"

Aku sungguhan! Siapa mereka?! Aku tanya!

"Hu? Ok, dari kiri. Kakak, Eve, Aisa, Isaac, Rossa, Karin, Iwan dan Tifa,"


Ini aneh, ini aneh. Nana seharusnya tidak kenal Isaac dan Rossa sebelum menjadi komite perpustakaan.

"Siapa Eve?" Tanyaku dengan nada serius.

"...Kakak mengetes?"

"Tidak. Aku serius. Apa yang kau ketahui tentang Eve?"

"Pacar kakak yang agak pendiam?"

Pa-pacar?! Ini semakin gila saja!

"Ini Aisa, dan ini Karin, mereka berdua paling ceria dan bersemangat. Ini Rossa, dia agak tempramen kalau masalah kedisiplinan. Yang pakai kacamata Tifa, dia teman baik ku yang agak pemalu, Ini Iwan, dia pacar Karin. Ini Isaac dia, er, aku malu mengatakannya, kakak tahu sendiri lah," Kata Nana mengakhiri penjelasannya dengan wajah memerah,


..............


.....................



"Apa hubungan semua yang ada di foto ini"


"Hm? Kita semua teman sekelas kan?"

Sekelas?!

"Kakak pura-pura tidak ingat aku meloncat kelas dan tahun ke tiga di SMP aku sekelas dengan kakak?!"

.....

..........


Ini gila! Semua ini tidak masuk akal! Aku bingung, yang mana mimpi yang mana kenyataan,

"Nana, cubit pipiku.... AW! SAKIT!"

Ternyata ini bukan mimpi.



"Cepat! Sekarang hari pertama kita masuk sekolah!"

"AGS dan ABS?"

"Hm? kenapa kakak menggunakan nama lama? Itu nama sebelum jadi sekolah umum kan? Dulu memang sekolah itu di pisah berdasarkan gender. Tapi sekarang sudah di campur, kan? Kakak hari ini aneh sekali seperti orang amnesia!"


Dengan langkah bingung aku menuju kamarku.

Benar saja.

Seragam yang masih baru menggantung di sisi kamarku.

Aku mengambilnya perlahan.'

"Akan keren kalau di saku baju ini ada surat dari masa depan," Kataku setengah tidak sadar.


Tapi secara ajaib, benar-benar ada kertas di saku celanaku. Yang benar saja?!




Hai Kek,


Pertama kali kakek membaca surat ini pasti kakek bingung. Tapi tenang saja, sebentar saja pasti kakek akan terbiasa dengan dimensi alternatif ini.

Semua hal yang terjadi bukanlah mimpi. Itu benar-benar terjadi. Karena dunia itu hancur sebelum aku membunuh kakek, aku terpaksa mentransfer ingatan kakek ke dimensi lain dan menindih ingatan kakek di dunia ini.

Semoga kali ini kita berdua bisa membuktikan Grandfather Paradox sekali lagi.


Cucumu,


Nol


---------------JUMP VOL 1 (Unedited Version)END

Author Note :

Haah, akhirnya arc ini selesai juga.

Beberapa yang perlu di jelaskan.

1. Sekarang ingatan Al pindah ke dunia yang lain menimpa ingatan al di dunia tersebut.

2. Begitu juga dengan Nol.

3. Apakah ini akan menjadi seperti sistem 'kakera' di when they cry series? lihat saja nanti.

4. Kenapa ini semua terjadi? Karena haruhi menginginkannya.

5. Kenapa banyak adegan guro? karena saya suka guro 2D.

7. Kenapa ceritanya nyebelin? (By nagi-san) Karena anda baru saja di troll bernkastel dan lambdadelta

8. Berarti dunia pertama yaoi-incest ending (by nagi-san)? Shit kenapa fujoshi mudah sekali kepancing yah?

9. Kenapa penjelasan no 6 ga ada? Karena dihilangkan sama Gaap.

10. kalau anda facepalm = terbiasalah dengan troll

11. Kalau anda ga facepalm malah tertawa = pertahankan

12. kalau anda merasa cerita ini jadi gaje = ora usah di waca

13. Buat apa bikin list ginian? Just for fun.

14. Knox's 1st! Pelakunya harus muncul dari awal cerita!! Lha ini awal cerita.

15. Kalau anda membaca sampai no 14 = tolong lah berkomentar untuk kemajuan jump!


Ok. See you in the next week!

3 komentar:

Anonim mengatakan...

Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa... gila kepala saya lagi-lagi harus dihantam dengan ending seperti ini =w=

Good end, meskipun tidak bisa dibilang memuaskan. Tapi sangat anime banget sih kalo boleh saya bilang, ending dimana semuanya kembali ke "awal". Dilanjutkan dong kalo bisa =_=
btw siapa itu Nagi-san?

Zetsudou Sougi mengatakan...

Nagiamatsu?

Franz Budi mengatakan...

ahaha.wav. Belum ending kok, masih di terusin. Ibarat umineko ini masih Legend of Golden Witch, ibarat higurashi masih Onikakushi-hen

Nagi-san? Proff reader saya.