~Seminggu sebelumnya...



"Kakak! Kenapa bongkar-bongkar?!" Kataku sebal saat aku kembali ke kamar mendapati Kak Al mengacak-acak meja belajarku.

"Sekarang tanggal berapa?" Tanya Kak Al masih mengacak-acak meja belajarku seperti mencari sesuatu.

"Kakak lupa hari pertama masuk sekolah?!"

"Kau sekarang kelas berapa?"

"2, Jangan sentuh itu!"

"Ok,  ok. Sekarang... kau kenal Isaac?"

"Tentu saja, dia teman kita sejak SMP, Kenapa sih! Pagi-pagi sudah bertingkah aneh?"

Kak Al terlihat biasa saja.

"Ah... Jadi outline dunia yang 'ini' lagi..." Kata Kak Al bergumam pada dirinya sendiri.

Kak Al segera mundur dari meja belajarku dan duduk di kasurku. Dari wajahnya terlihat kalau dia sangat lelah. Apa dia baru saja begadang?

"Hei, Nana,"

"Ada apa, Kak?"

"Kau percaya penjelajahan waktu?"

Pertanyaan itu segera di proses dalam otakku. Aku menjawab dengan semua teori-teori yang kutahu. Sementara Kak Al hanya mendengarkannya tanpa menyela sedikit pun. Biasanya dia akan minta penjelasan yang lebih mudah dipahami. Tapi sepertinya kali ini dia mendengarkan dengan seksama. Meski aku tidak yakin kalau Kak Al benar-benar memahaminya secara sempurna. Kakakku yang satu ini santainya bukan main, aku yakin dia tidak punya waktu untuk berkutat dengan bahasa-bahasa aneh dan teori yang tidak diajarkan di SMU.

"Jadi? Kau percaya atau tidak?" Tanya kak Al setelah aku selesai mengatakan pendapatku.

"Hm? Aku tidak percaya," Kataku bohong.


Aku tahu kalau dengan pengetahuan manusia saat ini Penjelajahan Waktu masih mustahil. Tapi suatu saat, pasti...


Kak Al melihatku dengan pandangan seperti seorang ayah yang yakin kalau anak laki-lakinya berbohong. Lalu dia segera bangkit dan beranjak dari kamarku sembari berkata,


"Penjelajahan Waktu itu curang,"


Meninggalkan kalimat itu, Kak Al menghilang dari jarak pandangku.


***


Aku masih ingat saat pertama kali aku menggambar sketsa mesin waktuku yang pertama. Saat itu aku tidak tahu betapa rumitnya membuat sebuah mesin yang bisa memindahkan kita dari satu masa ke masa yang lain. Faktanya, sekarang aku sadar kalau mesin waktu itu hanyalah mimpi.

Kalau dipikir-pikir, mana ada alat sesimpel mesin waktu? Hanya dengan memasukkan koordinat tujuan kita bisa berpindah waktu. Benar-benar seperti film.

Segera setelah aku memutuskan untuk menyerah membuat mesin waktu, sebuah ide terbersit di kepalaku. Daripada membuat mesin waktu, kenapa tidak membuat mesin yang membuat tubuh kita bisa menjelajah waktu?


Tapi, lagi-lagi ide tersebut patah beberapa detik setelah aku memikirkannya.

Selain masalah dasar time travel yang masih sulit dipahami, masalah konstruksi dan energi juga tidak bisa terpecahkan.

Semakin aku menyelami bagian Engineering, aku semakin menyadari kalau membangun mesin dengan konstruksi macam itu luar biasa sulit.

Panjang, Tinggi, Lebar, Radius, Diameter, Cross-section, Volume, Sudut, Revolusi, Kecepatan, Kecepatan Sudut, Akselerasi, Percepatan Gravitasi, Temperatur, Termodinamika, Koefisien Pemuaian panjang & volume, Gaya, Gaya Berat, Massa, Massa Jenis, Momen, Tekanan, Tensile Strength, Modulus Elasticity, Koefisien Gesek, Kekuatan Kerja, Power, Energi, Efisiensi, Jumlah Panas, Tegangan Listrik, Arus Listrik, Tahanan Listrik, Konduktivitas,... Segalanya!



Semua variabel itu harus dipertimbangkan dan ... semuanya, Hampir mustahil... Selain itu sumber energi yang di atas kertas bisa ditulis dengan mudah, realisasinya untuk saat ini tidaklah mungkin diciptakan.



Di tengah kebingungan itu, akhirnya aku sedikit demi sedikit melupakannya. Dan pada akhirnya aku lupa sama sekali.

Yang kudapatkan dari hari-hari mencari referensi itu adalah aku paham betul dasar-dasar ilmu sains sehingga dengan mudah aku bisa meloncat kelas sampai menjadi sekelas dengan Kak Al.


Aku melupakan semuanya. Sampai aku bertemu Kak Isaac.

Hari itu adalah saat kami masih kelas 1 SMA. Kami semua berkumpul di perpustakaan karena hujan deras,


"Menurutmu daripada membuat mesin waktu, kenapa kita tidak membuat mesin yang menkonversi tubuh kita supaya bisa menjelajah waktu?" Kata Kak Isaac tiba-tiba saat dia baru saja menyelesaikan novel sci-fi yang dibacanya.



"A-ahahahaha," Kataku tertawa kecut

"Kenapa?"

"karena aku dulu pernah memikirkan seperti itu juga... Tapi masalahnya bukan pada konversi, konversi bisa dilakukan dengan metode FTL... Tapi...Mana ada tubuh manusia yang bisa melaju dengan kondisi kecepatan FTL?" Kataku pada Kak Isaac seperti membuka luka lama.

"Hm... kau benar juga... Aku tidak bisa membayangkan metode selain FTL"


Sudah kuduga, Penjelajahan Waktu itu mustahil. Kak Isaac sedikit menggaruk kepalanya meski aku yakin kepalanya tidak gatal.

Dia menaruh bukunya dan menatap langit-langit.





"Mungkin sekarang tidak mungkin, tapi kalau ada energi sebesar..."



Dia mengatakan sesuatu yang tidak pernah aku bayangkan akan keluar dari mulut orang lain. Angka yang sama dengan perhitunganku.


"A-angka apa tadi, Kak?!" Tanyaku masih tidak percaya dengan angka tadi.

Aku yakin sekali, hasil itu persis dengan perhitunganku... Yah, Kak Isaac menghitungnya 2 angka di belakang desimal lebih banyak dariku.

"Eh, Aku iseng-iseng menghitung energi yang dibutuhkan alat yang memanfaatkan timeslip untuk timetravel..."


"AKU JUGA BERPIKIR SAMA!" Kataku tanpa sadar berteriak.


Kak Iwan, Karin, Eve dan Aisa yang sedang bermain Ular Tangga Pembunuh -- Aku tidak yakin permainannya seperti apa, tapi sepertinya pemain yang kalah akan sangat menderita -- sampai menengok ke arahku. Kak Rossa dan Tifa yang sedang mengerjakan sesuatu dengan kalkulatornya juga menengok ke arahku. Kak Al... sepertinya dengan tenang tidur, dia paling suka tidur di cuaca yang buruk.


"Ada apa, Nana? Kau mau kebelakang?" Kata Kak Iwan.

"Daripada kau memikirkan Nana, sekarang kau baru saja masuk ruang penyiksa Iron Maiden untuk ke 2 kalinya. Sebaiknya kau bersiap-siap menelan Jus-Jeruk-Misterius-X ini...Hahahaha!" Kata Karin mengembalikan fokus kelompok mereka ke permainan.

"Ugh~"


Aku tidak habis pikir mereka menggunakan perpustakaan SMP kita untuk bermain Ular Tangga. Setidaknya mereka jadi tidak bisa berisik.


Kak Isaac tersenyum melihat tingkah Kak Iwan dan yang lainnya. Lalu dia kembali melanjutkan pembicaraan kami.


"Kau juga memikirkannya?" Kak Isaac seolah tidak percaya denganku.

Tentu saja. Karena kalau benar, ini adalah sebuah kebetulan... tidak. Kalau sudah sampai taraf seperti ini, ini namanya keajaiban. Atau ekstrimnya lagi, takdir.

"Ya. Aku yakin kalau hasil perhitungannya sama, metode yang kita gunakan juga sama," Kataku antusias.

"Hm..." Kak Isaac seperti memikirkan sesuatu.

Aku lalu melanjutkan opiniku pada metode ini.

"Tapi bagaimana jika kita sudah dapat memanfaatkan timeslip itu? Aku memang menghitung energi yang digunakan. Tapi seperti yang kita bicarakan dalam metode FTL tadi. Bagaimana kita kembali ke masa kita? Metode ini satu arah... Kita tidak mungkin menciptakan timeslip setelah mencapai masa lalu..."

Aku berhenti.

Benar juga...


Kenapa aku tidak sadar!


"Wormhole." Kata Kak Isaac singkat. Tapi dengan satu kata itu aku sudah paham maksudnya.


Selama ini aku masih secara tidak sadar memisahkan ruang dan waktu. Kalau kita melihat timeslip sebagai wormhole, penjelajahan waktu dua arah bisa dilakukan!

"Masalahnya, apa yang bisa kita gunakan untuk mengatur variabel-variabel penggerak kita di wormhole itu..." Kata Kak Isaac.


"Kita bisa menggunakan semacam client dan server," Kataku.

Kak Isaac menekuk salah satu alisnya.

Aku segera menjelaskan secara general bentuk dari client dan server itu.

...



"Ah! Bisa juga yang seperti itu! Aku tidak kepikiran! Kau paham betul masalah Engineering" Kak Isaac kali ini lebih terlihat antusias dari sebelumnya.

"Sekarang masalahnya.." Kataku melanjutkan. Tapi sepertinya Kak Isaac paham dengan maksudku.



"Prinsip ketidak pastian Heisenberg..." Kata kami berdua terlihat lemas.

"Semakin kita bisa mengukur posisi partikel secara presisi..."

"Semakin sulit kita bisa tahu kecepatannya..."

"Semakin kita tahu kecepatan suatu partikel..."

"Semakin kita tidak tahu posisi tepatnya..."



"Haaah~~" Kami menghela nafas hampir bersamaan.



Kami terdiam.

Lalu,



"Ahaha"


"Ahahahaha, cukup serius juga~" Kataku seakan seperti seorang detektif yang mendapat petunjuk besar untuk sebuah kasus pembunuhan ruang tertutup sempurna.

"Padahal kita belum menemukan pemecahan untuk menghasilkan energi pemanfaatan timeslip tadi, tapi kita sudah membicarakan Prinsip Ketidakpastian Heisenberg," Kata Kak Isaac menahan tawanya.

"Tapi aku tidak tahu kalau Kak Isaac punya ketertarikan pada Penjelajahan Waktu," Kataku mengalihkan pembicaraan.

"Aku juga tadinya berpikir kalau kau gadis realistis yang hanya percaya rumus yang sudah terbukti,"

"Setidaknya aku sekarang aku punya teman untuk berkhayal," Kataku senang.

"Kalau kita serius, siapa tahu kita benar-benar bisa menjelajah waktu," Kata Kak Isaac terdengar bercanda.




"...Tapi kalau benar bisa..." Aku mengatakannya dengan suara yang tidak terdengar oleh Kak Isaac.

Sepertinya Kak Isaac melihatku mengucap sesuatu.

"Apa katamu tadi?"

"Ah tidak! Aku rasa pemahaman Kak Isaac tentang ruang-waktu sangat unik. Rasanya aku merasa bodoh," Kataku mengalihkan pembicaraan.

"Oh ya? Aku yang merasa bodoh. Rasanya kita bisa jadi tim yang solid. Kau di Engineering-nya pasti pemecahan device client-server itu bisa diterapkan." Kata Kak Isaac balik memuji.



"Hoaahm~ Kalian membicarakan apa sih?"


Tiba-tiba Kak Al yang tidur di dekat kami bangun. Sepertinya cuaca sudah mulai reda dan suara para siswa yang beranjak keluar dari perpustakaan sepertinya membangunkannya. Ahaha ada bekas liur di mulutnya.


"Ugh. Nikmat sekali tidurku, rasanya aku seperti baru saja terlahir kembali," Kata Kak Al menrentangkan tangannya.

"Kakak terdengar seperti kakek-kakek," Kataku.

"Kami tadi sedang membicarakan mekanika kuantum," Kata Kak Isaac menjawab pertanyaan Kak Al.

"Kalau begitu jangan biarkan aku mendengarnya. Aku harus menghapal untuk ulangan biologi besok. Kalau aku mendengar istilah-istilah aneh, bisa-bisa otakku hangus," Kata Kak Al hiperbola.


..................


.........


...


"OOOI~ Nana~ Kau dengar?!" Kata Kak Aisa mengguncang-guncang tubuhku.

"Ah! Maaf Kak,"

"Melamunkan sesuatu? Boy Band?"

Apa dipikirannya hanya ada band dan musik?

"Tidak. Aku sedang mengingat-ingat kejadian masa lalu," Kataku jujur.



"Jadi... Kau dengar?"

"Hm? Maaf. Tidak,"

"Kita sedang membicarakan Kakakmu! Dia dan Eve aneh sekali belakangan ini,"

Kak Aisa memang terlihat khawatir. Dia sahabat terdekat Eve. Kalau dia khawatir dengan kelangsungan hidup Eve, itu wajar.


Kak Al memang belakangan ini terlihat aneh. Sepertinya bukan Kak Al... Maksudku, dia masih sarkastik dan suka berkomentar tidak penting seperti biasa. Tapi rasanya ada yang berbeda. Perbedaan itu terlalu jauh, apa ekspresinya? atau hanya perasaanku saja kalau Kak Al terlihat bosan?

"Pasti ini yang dinamakan kebosanan dalam berhubungan," Kak Aisa mengangguk-angguk seakan mengerti apa yang sedang terjadi.


"Apa maksudnya itu?"

"Kemarin aku baca, kalau sepasang kekasihpun bisa mencapai titik kebosanan. Ngomong-omong itu artikel di majalah GuitarSky edisi minggu lalu," Kata Kak Aisa.

Tanpa diberi artikel seperti itu pun, aku sudah tahu.

"Huhuhu... Menghilangkan kebosanan antar pasangan itu mudah," Kata Kak Karin ikut bergabung dengan pembicaraan kami.

Kak Karin menampilkan senyum 100 watt nya. Dia selalu terlihat bersemangat. Aku ingin tahu apa yang dia makan. Mungkin saja dia tidak makan nasi seperti manusia biasa.

"Hei~ Aku juga makan makanan biasa! ... Ehem! Untuk menghilangkan kebosanan antar pasangan itu mudah!" Kata Kak Karin kembali ke topik.

"Apa itu guru?!" Respon Kak Aisa.


"Ada 2 cara!" Kak Karin mengacungkan kedua jarinya.

2? Apa saja itu? Mungkin bisa kukatakan pada Ayah dan Ibu. Kalau dari Kak Karin yang ahli biologi, aku yakin nasehatnya patut di dengar


"Mereka harus ganti gaya, dan mencari posisi yang tepat, dan jangan takut bereksperimen!!--AW!"


"JANGAN BICARA YANG TIDAK-TIDAK! LAGIPULA ITU 3, BUKAN 2!" Tiba-tiba serangan buku dari Kak Rossa tepat mendarat di kepala Kak Karin.

Oh tidak... mereka mulai lagi.

Aku hanya menghela nafas.

Pertengkaran mereka dari hari ke hari semakin tidak bermutu, pikirku sambil menggaruk kepala.


"O-oh~ Nona Rossa, seperti biasa, pagi-pagipun anda sudah main kasar~ Hah~ Bagaimana nasib suami anda nantinya..." Kata Kak Karin.

Bahkan aku pun merasa kalau kata-katanya tidak penting dan tidak jelas.


"Anu~Gaya? Posisi? Eksperimen?" Tifa terlihat bingung dengan kalimat-kalimat tadi. Ah~ Aku iri dengan tubuhnya yang tinggi seperti model itu... padahal umur kami cuma terpaut satu tahum.

"Jangan dengarkan kata-kata Pemalas Mesum ini. Tidak perlu dimasukkan ke kepala," Kata Kak Rossa sambil menepuk pundak Tifa.

Tifa hanya mengangguk-angguk, entah tandanya setuju atau hanya sebuah reflek.

"Siapa yang mesum! Dasar nenek keriput, aku harap keriputmu bertambah setiap hari! Cara hidup tidak sehat penuh amarah dan anarki sepertimu akan menyebabkan kau memiliki pipi cekung dan dada menggantung! Pada umur 30!" Balas Kak Karin.

"Benarkah?!" Aku, Aisa, dan Tifa kaget mendengar pernyataan itu.

"Tentu saja tidak! Tapi aku berharap akan terjadi padanya!"

...apa sekarang saatnya aku harus tertawa?

"Hah~ Baru masuk setelah bolos beberapa hari kau sudah bicara tidak jelas. Meski Tifa dan Nana sekelas dengan kita... Mereka lebih muda dari kita. Tolong jaga bicaramu, kau terdengar seperti nenek-nenek,"

"uuuu~~ Rossa Jelek! Weee!"

"Heh, lihat. Kau cuma bisa membalas dengan ejekan level anak TK seperti itu."

"Lihat saja, nanti air PAM mu akan kuracuni dengan arsenikum! Khuhuhu perlahan-lahan tapi pasti..."

"Anu... Kak Karin... Tubuhmu mengeluarkan aura hitam~" Kata Tifa gemetar.



Ah, Kalau dipikir-pikir, Tifa memang seperti punya kekuatan supernatural. Tapi tentu saja aku tidak percaya kekuatan tidak berdasar seperti itu.



"Kalian sedang membicarakan apa?"




Kami semua segera membeku mendengar suara dingin itu.


"A-ah~ Eve sejak kapan kau disitu...,"

"Sejak kalian semua membicarakan gaya, posisi, dan eksperimen," Kata Kak Eve jelas.


"Ja-jangan dengarkan Karin. Omong kosong semua itu..." Kata kak Rossa menepuk pundak Eve.


"...Apa maksudnya gaya? Apa gaya yang berarti style? atau gaya yang berarti force?" Kata Eve.


Hm... Aku rasa gaya yang berarti style.





"Pagi!"

"Pagi..."

Kak Iwan dan Kak Al masuk kelas.

Entah kenapa melihat ekspresi Kak Al yang terlihat tidak mood, kami semua ikut terdiam seakan terkena efek negatif dari Kak Al.


"Yoyo! Apa kalian dengar kalau ternyata CERN bisa membuat kacamata yang bisa melihat tembus pandang! Eits! Kali ini aku punya buktinya! Tadaa!!"

Kak Iwan seperti biasa segera menyuarakan berita dengan sumber sulit dipercaya yang baru saja dia dapat dari internet. Dia benar-benar menelan bulat-bulat semua yang dikatakan di Internet... Hah~

"Postoshop," Kata Eve cepat.

"Ya... Postoshop itu..." Kata Kak Rossa memperkuat argumen Eve.


"APA?! Jadi kami para wanita tidak bisa dengan nyaman berjalan-jalan pamer baju ber-frill sekarang?!" Kata Kak karin tidak mendengar komentar Eve dan Kak Rossa.

"Tenang saja! Kacamata ini digunakan untuk membasmi teroris. Sebagai alat pencegahnya, ada baju anti tembus pandangnya. Bisa dilihat di gambar bagian bawah... Ah. Jangan bilang ini Postoshop! Kalian tidak punya buktinya," Kata Kak Iwan terlihat pede.



"Postoshop! Mau kita buktikan bawa ke guru komputer kita?!" Kata Kak Rossa membantah.

"Guru komputer, Roy Suryo, Einstein, Barrack Obama, siapapun terserah! Foto ini aku yakin asli!" Kata Kak Iwan masih terlihat percaya diri.


"Bagaimana menurutmu Nana?"

Kenapa kalian semua melihat ke arahku seperti itu?

"Aku bukan ahlinya membuktikan foto itu asli atau tidak... Tapi secara logikaku, kacamata tembus pandang sih mungkin saja diciptakan," Kataku sekenanya.

Kenapa Kak Rossa terlihat kalah seperti itu?

"Aku tidak percaya... bahkan Nana tertular virus bodoh Iwan..." Kata Kak Rossa masih dengan ekspresi tidak percaya.


"Oi! Jangan sembarangan bilang Iwan bodoh!" Kata Kak Karin membela.

"Karin..."

"Dia cuma cuma kurang pintar!"

"Aku tarik ekspresi berkaca-kacaku tadi," Kata Kak Iwan setelah mendengar kalimat tadi.

"Lalu apa yang harus kukatakan? Fakta sulit dibelok-belokkan dengan banyaknya observer yang tahu bahwa kau kurang pintar," Kata Kak Karin membela diri.

"Setidaknya bilang 'setiap orang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing',"

"...Tunggu. Aku hampir tidak bisa menemukan kelebihanmu!"

"Karin~ Kau jahat sekali sih!"


""Ahahahahaha"" Kami semua tertawa melihat pasangan ini.

"Pagi. Oh ada apa ini pagi-pagi sudah ramai," Kak Isaac menyapa kami.

***


"Jadi, bagaimana perkembangan A.D.A.M?" Tanya Kak Isaac.

Kami berpencar untuk berkeliling festifal sekolah yang diadakan setelah masa orientasi para kelas 1 yang baru saja bergabung dengan SMA kami.

Kak Karin dan Iwan ingin berlomba-lomba mencari 'benda aneh' yang bisa mereka temukan. Kak Rossa dan Tifa adalah panitia Masa Orientasi ini, jadi mereka sibuk. Aisa dan Eve pergi bersama entah kemana. Kak Al sepertinya sibuk mengerjakan sesuatu di kelas, aku semakin heran dengan tingkahnya yang tidak biasa belakangan ini.

Jadi, kami berdua berkeliling stand untuk mencari sesuatu yang bisa dinikmati.

Oh aku harus menjawab pertanyaan Kak Isaac tadi,

"Aku kemarin menemukan pertanyaan baru,"

"Oh, coba katakan padaku." Kata Kak Isaac sambil mengajakku duduk ke stand es krim kelas 1-E.


"Tentang timetravel," Kataku cepat.

Kak Isaac mengeluarkan puluhan ribu dan membeli 2 es krim. Kami duduk untuk membicarakan proyek Mesin Waktu yang kami namakan A.D.A.M.

A.D.A.M adalah mesin yang kami buat berdua sebagai 'server' dari jaringan-jaringan penjelajahan waktu. Berbeda dengan mesin waktu yang menentukan koordinat penjelajahan waktu, A.D.A.M hanya berfungsi sebagai 'tali-tali' yang menjaga agar para penjelajah waktu tidak tersesat.

Bayangkan kalau penjelajah waktu adalah bola dan A.D.A.M. adalah sebuah pasak yang ditancapkan sebagai referensi. Bola-bola tersebut terikat dengan tali yang terhubung pada pasak.

Kalau kita lempar bola dari titik di mana kita berdiri di dekat pasak tersebut, kita akan tahu sebesar apa energi yang dibutuhkan untuk mendaratkan bola ke tempat yang ingin kita tuju.

Setelah bola tersebut mendarat, tentu saja bola tersebut jika ingin kembali tidak akan bisa berjalan sendiri. A.D.A.M. seakan bertugas menariknya kembali menuju titik di mana pasak tersebut berdiri.

Sebagai tambahan, satu A.D.A.M tidaklah cukup. Kalau kita hanya punya satu A.D.A.M, berarti penjelajahan waktu hanya bisa dilakukan dari titik pasak itu. Maka dari itu dibuatlah client/ pasak-pasak kecil sebagai percabangan A.D.A.M.

Titik-titik pasak kecil itu yang kita sebut client. Karena posisi referensinya adalah A.D.A.M pusat, maka perhitungan energi dan perhitungan matriks posisinya bisa dilakukan dengan akurasi yang cukup tinggi.

Ok, itu adalah ideku dan Kak Isaac tentang penjelajahan waktu. Artinya A.D.A.M dan perhitungan untuk menjelajah waktu adalah titik vital pada teori kami.

...Mari kita lanjutkan pembicaraan kami tadi,


"Tentang Dimensi Alternatif... Kalau kita bisa menjelajah masa lalu, apa kita bisa menjelajah ke 'dunia yang sama namun berbeda?' Misalnya dunia dimana kita berdua tidak kenal,"

Kak Isaac terdiam sesaat, sepertinya dia berusaha menyusun kalimatnya sebelum di lemparkan padaku.

"Tentu saja mungkin. Tapi sekali lagi, energi yang digunakan mungkin setara dengan energi untuk menciptakan 'dunia' baru. Dan itu sekarang hampir mustahil"


Dan kami melanjutkan pembicaraan kami sampai waktu pentas seni dimulai.


***


Hari ini Kakak masuk keruanganku lagi tanpa izin. Apa yang sebenarnya dia lakukan?

"Buku Biologi,"

Kak Al memperlihatkan buku tulis biologi kelas 2 semester 1 milikku di tangannya.

"...Memangnya kenapa buku kakak?" Tanyaku sedikit curiga.

"Hilang, aku pinjam sebentar,"

"...Ok,"


***















Ini pertama kalinya Kakak membuatku menangis... setidaknya sepanjang ingatanku.


Aku tidak bisa menahan air mata yang terlanjur keluar dari sudut mataku.


Semakin aku menahannya, isakan tangisku semakin keras.


"Kenapa kau menangis?" Kak Al mengatakannya dengan nada datar seakan dia sudah tidak punya hati lagi.

"Ke-kembalikan... Buku itu penting untukku!" Aku berusaha tidak menarik perhatian kelas, tapi sepertinya sudah terlambat.

"Kenapa kau membuat buku itu? Aku kira kau tidak tertarik dengan Penjelajahan waktu..."

"Kembalikan!" Aku kehabisan kata-kata untuk melawan.

"...Kenapa kau ingin menciptakan mesin waktu?"

"Diam! Diam! Kembalikan! *hiks*... "


"......Kau dan Isaac memang punya otak untuk membuat penjelajahan waktu mungkin,

Tapi... kalian sudah terlalu jauh, ... Kau tidak bisa bermain-main menjadi Tuhan seperti itu...


Kenapa kau ingin kembali kemasa lalu?"

Ekspresi Kak Al tampak melunak, tapi aku tidak peduli

Aku tidak bisa memahami kalimat barusan. Rasa sakit di dadaku membuatku menolak semua kata-kata Kak Al.


Aku selalu menulis segala ide baru dan semua pemikiranku dalam jurnal. Buku itu berisi inti dari pemikiran-pemikiranku dan Kak Isaac tentang penjelajahan waktu.

Saat pagi tadi aku mengecek buku jurnalku yang selalu kubawa, ternyata buku tersebut berisi buku biologi. Tanpa pikir panjang tentu saja aku segera menuju ke Kak Al untuk marah dan meminta buku itu kembali.

Kalau Kak Al tertawa dan menertawakan buku itu seraya mengejekku aku masih bisa tahan. Lagipula dia kakakku sendiri. Tapi, dengan dingin dia berkata,



"Aku membakarnya,"


Seketika itu juga pijakanku terasa hilang. Dadaku serasa sesak. Seluruh kerja kerasku, seluruh kerja keras Kak Isaac, mimpiku, dihancurkan begitu saja oleh Kakakku yang selama ini aku selalu percaya padanya.


Bukan masalah isi dari buku tersebut yang membuatku menangis. Tapi tindakan Kak Al tersebut yang membuatku sakit.


Jujur saja aku masih ingat seluruh isi dari buku tersebut.

Tapi tindakan Kak Al...


Seperti menolak dan mengutuk mimpiku.



"AL! APA YANG KAU LAKUKAN!"

"Ini bukan urusanmu,"

 Kak Al masih saja terlihat dingin meski Kak Isaac menatapnya dengan pandangan sangat marah.



"Kau mengajak berkelahi?"

"Kau duluan, yang membuat keributan,"

"Minta maaf sekarang juga," Kata Isaac serius.

"Aku tidak salah apa-apa. Ini masalahku dan Nana. Kau orang luar diam saja dan jangan ikut campur," Kata Kak Al dingin.

Kak Isaac melangkah perlahan menuju Kak Al dan menarik kerahnya.

"Apa alien baru saja menyedot kewarasanmu?"

"Ya. Seorang Alien Vampire. Mereka cukup ganas lho," Kata Kak Al menjawabnya.


"Kau bilang aku orang luar?"

"Ya. Ini urusanku dengan Nana," Kata Kak Al semakin dingin saja.

"Kalau sekarang aku memukulmu, berarti itu wajar. Karena aku 'orang luar',"

"Oh? Silahkan. Kemarin aku baru saja dipukul Aisa di pipi sebelah kiri dan itu masih terasa sakit. Jadi kalau kau mau memukul, tolong sebelah kanan," Kata Kak Al sama sekali tidak gentar.

"!!!" Isaac mengangkat tinjunya.

Sebelum pukulan itu mendarat di wajah Kak Al, Kak Iwan dan Kak Karin berhasil menahannya Isaac dengan mengunci gerakannya.

Sementara Kak Rossa menengahi mereka berdua, aku tidak bisa berbuat apa-apa dan berusaha menahan tangisku.



Kak Aisa terlihat menerobos ke kerumunan teman sekelas yang sebagian berusaha melerai mereka berdua.

Isaac tiba-tiba berhasil lepas dari kuncian Karin dan Iwan, sekian detik detik itu dimanfaatkan Isaac untuk melampiaskan amarahnya dengan menendang perut Al dengan ujung kakinya.

Kakak tidak terlalu bodoh untuk membiarkan dirinya terkena kaki Isaac.

"BERHENTI!" Kak Rossa kali ini benar-benar mengerahkan tenaganya untuk menghentikan mereka berdua.

Kak Rossa yang dari tadi berjuang melerai mereka berdua sudah kehabisan kesabarannya.


"Kenapa ini?! Kenapa kalian tiba-tiba berkelahi?!" Kak Rossa memulai menanyakan sebab akibatnya.


Isaac terlihat emosi melepaskan diri Iwan dan Karin. Lalu dia mulai berkata.

"Pagi-pagi sudah membuat kegaduhan. Aku cuma bertanya kenapa dia membuat Nana menangis," Kata Kak Isaac mulai menenangkan dirinya.

"Sudah kubilang, ini bukan urusanmu," Kata Kak Al masih tetap memegang pendiriannya.

...

Kak Aisa dengan ekspresi kecewa mengatakan sesuatu pada Kak Al.

"Setelah Eve, sekarang kau membuat Nana menangis,"


"Aisa!" Eve berusaha menyuruh Aisa diam , namun tentu saja sudah terlambat.

"...Ada apa dengan Eve?" Tanya Isaac.

"Tidak ada yang spesial," Kata Kak Al menghindar.


***

Saat istirahat aku sudah semakin tenang. Aku melihat sekeliling kelas, Kak Al tidak terlihat.

"Kau baik-baik saja?"

Yang pertama kali mendekatiku adalah Kak Isaac.

"Yah~" Jawabku sekenanya.

"Kenapa Al? Kenapa dia membuatmu menangis?"

Aku lalu menceritakan kejadian tadi pagi sebisaku.


"...Sialan! Apa maunya dia?!"

Kak Isaac terlihat ikut emosi.


Aku terdiam.





'Kenapa kau ingin kembali ke masa lalu' kata-kata itu terngiang di telingaku.


==========================

Author Note


Huff... Lebih panjang dari biasanya, tapi silahkan.

Sepertinya, hasil vote memang menyuruh saya fokus. Dan saya akan menunda cerita lain dan fokus ke JUMP.

Ahaha.wav salah-salah saya bisa terjebak logic error yang lebih mengerikan dari kematian.

Minggu depan kalau materinya sudah komplit mungkin saya akan merilis [JUMP 1.2], side story tentang Al dan Claire.

Dan kalau anda bingung, sebenarnya saya juga bingung dan cuma asal melemparkan kalimat yang kelihatan susah. Tapi saya bohong khihihihihhihihihihihi

3 komentar:

gecd mengatakan...

.....
my head is hurts
please...saya cuma anak IPS

Anonim mengatakan...

penasaran, euy . lajut y .

Franz Budi mengatakan...

... gomen. Difficulty istilah di naikkan karena POV nya Nana sih... Pasti nanti ada penjelasan mudah dari POV Al